Mohon tunggu...
Evita Pasha
Evita Pasha Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Jember Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Tadris Matematika

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tantangan Kaum Intelektual di Tahun politik

4 Februari 2018   09:58 Diperbarui: 6 Februari 2018   10:04 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbicara tentang kaum intelektual, lebih baik kiranya untuk mengetahui arti dari intelektual itu sendiri. Intelektual atau juga bisa disebut dengan istilah cendekiawan adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Intelektual adalah suatu acuan seseorang bisa menghadapi segala problematika yang mereka hadapi. Biasanya, kaum inteletual ini merasa gatal ketika mereka melihat hal yang tidak sesuai dengan pemikiran mereka, mereka akan berpikir kritis atas segala hal yang mendekatinya. 

Mereka akan memberontak mengenai hal-hal tersebut dan menyikapinya dengan kritis ilmiah mereka yang sangat tinggi. Kaum intelektual identik dengan membaca, seperti buku ilmiah, koran, dan lain sebagainya. Mereka sangat suka membaca untuk membuka cakrawala dunia. Agar mereka bisa mengetahui solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang akan mereka hadapi. Dari segi marxisme, yang tergolong kaum intelektual seperti kelas dosen, guru, pengacara, wartawan, dan sebagainya.

 Namun, Sharif Shaary seorang dramawan terkenal dari Malaysia tidak setuju dengan pernyataan bahwa yang tergolong kaum intelektual sangat dikaitkan dengan lulusan Universitas. Dia berpendapat bahwa "Belajar di universitas bukan jaminan seseorang dapat menjadi cendekiawan... seorang cendekiawan adalah pemikir yang sentiasa berpikir dan mengembangkan (serta) menyumbangkan gagasannya untuk kesejahteraan masyarakat. Ia juga adalah seseorang yang mempergunakan ilmu dan ketajaman pikirannya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat di mana ia hadir khususnya dan di peringkat global umum untuk mencari kebenaran dan menegakkan kebenaran itu. Lebih dari itu, seorang intelektual juga seseorang yang mengenali kebenaran dan juga berani memperjuangkan kebenaran itu, meskipun menghadapi tekanan dan ancaman, terutama sekali kebenaran, kemajuan, dan kebebasan untuk rakyat."

Jika dulu, cendekiawan Chanakya yang menjadi seorang politikus di pemerintahan Chandragupta pada saat kekaisaran Mauriya, yang mana Chanakya berperan penting atas terselamatnya kerajaan Magadha dari pemimpin yang tidak pantas dikatakan menjadi seorang pemimpin dan mengkonsep berbagai taktik untuk menyelamatkan bangsanya dari negara asing.  Disinilah peran sebenarnya kaum intelektual yang seharusnya berpikir bagaimana mereka bisa menyelamatkan bangsanya dari berbagai problematika dan membawa peradaban bangsa ke arah yang lebih baik lagi.

Di tahun politik 2018 ini banyak sekali problematika bangsa yang terjadi. Polarisasi politik adalah salah satu hal yang menunjukkan bahwa tahun 2018 adalah tahun politik. Karena banyak terjadi pertentangan masalah politik yang akan terjadi dan berpusat di tahun 2019. Patut diakui bahwa tahun 2018 adalah tahun politik, karena selain adanya pemilihan kepala daerah yang akan dilakukan secara serentak, pendaftaran pasangan capres-cawapres peserta Pilpres 2019 dibuka pada bulan Agustus ini.

Sudah kita ketahui bahwa ditahun ini banyak sekali problematika dan polarisasi politik. Disinilah tantangan yang akan dihadapi kaum intelektual bagaimana mereka dapat menciptakan pembaharuan dan mengubah keadaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, ketidakadilan, dan kekuasaan korup? Kaum intelektual akan mencurahkan seluruh pemikirannya untuk menyelesaikan problematika ini. Pernah terjadi perdebatan pro-kontra atas penerimaan LGBT, ini adalah salah satu tanggung jawab kaum intelektual untuk mendapatkan jalan terbaik tanpa melupakan bahwa mereka juga kaum intelektual yang beragama. Jika berpegang pada asas kemanusiaan pada masalah bangsa tersebut, akan banyak argument-argument yang berpegang pada HAM. Tanpa berpikir pada kodrat manusia sebenarnya. Seorang intelektual akan membolak-balik pikirannya untuk menemukan jalan keluarnya.

Untuk melancarkan tantangan yang akan dihadapi kaum intelektual, akan banyak hambatan juga yang akan mereka hadapi. Kaum ideolog yang berpotensi untuk menyempitkan pemikiran dengan cara melakukan berbagai cara untuk memonopoli pikiran atas superioritas bawaan yang sebenarnya adalah sempitnya pandangan pemikiran mereka, sehingga akan menghalangi untuk menciptakan intelektual sejati. Tidak jauh hambatan dari kaum ideolog, terkait dengan peran guru, mentor, dan tokoh spiritualitas yang dianggap selalu benar. Padahal tidak dapat dipungkiri mereka pasti pernah melakukan kesalahan. Mentalitas guru benar- benar berpengaruh terhadap daya nalar kritis-analitis, dan  daya imajinatif. Karena guru tidak bisa dikritik, argumentasi mereka yang salah dan keliru terus-menerus diulang. Sehingga, ketika kritik datang terhadap karya mereka, mereka menganggap ini adalah sebuah tusukan dan mereka akan mengucilkan diri dan menuntut balas.

Mengucilkan diri dan menuntut balas adalah salah satu bukti bahwa mereka tidak menyadari kesalahan mereka, padahal dengan begitu mereka dapat berbuat suatu kebajikan, dan kekuatan agar ilmu pengetahuan berkembang. Inilah  sebagian dari tantangan-tantangan kaum intelektual, selain tantangan dari penguasa yang harus dihadapi kaum intelektual yang sepertinya masih menjadi penghambat kemajuan intelektual Indonesia dan memunculkan intelektual sejati. Intelektual sejati adalah mereka yang mengetahui banyak hal dan berpola pikir tajam tentang berbagai disiplin ilmu, persoalan, dan pengetahuan manusia. Intelektual sejati tidak mengenal kata kepakaran karena menurut mereka kepakaran akan menyelubungi kelemahan profesionalisme.

Bukan hanya menghasilkan sebuat pemikiran yang kritis, tetapi kaum intelektual juga harus mengarahkan dan merealisasikan terhadap contoh pelaksanaan dari sosialisasi terhadap pemikiran tersebut. Sehingga, terpecahnya masalah dan menjawab tantangan-tantangan untuk kedepannya dapat diselesaikan dengan semestinya. Sebuah kritik atau saran adalah salah satu cara kaum intelektual untuk menyelesaikan berbagai tantangan. Ketika suatu problematika tidak dapat terpecahkan, maka tidak dapat dipungkiri yang akan disalahkan disini adalah kaum intelektual. Karena pemimpin-pemimpin negara adalah mereka yang dianggap dan dipercaya mempunyai intelektual yang tinggi dan hidup untuk mensejahterahkan mereka anggota-anggotanya, atau rakyat dari bangsanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun