Mohon tunggu...
Evi Nada Sulistyoningrum
Evi Nada Sulistyoningrum Mohon Tunggu... Customer Development Officer at Tjemara Group | Tutor Academic at Wigati Nuswantara

Seorang Customer Development Officer dengan fokus pada pengembangan hubungan pelanggan, analisis kebutuhan pasar, dan penciptaan strategi pertumbuhan bisnis berbasis data. Berpengalaman dalam menjembatani kebutuhan pelanggan dengan tujuan perusahaan melalui pendekatan customer-centric, membangun loyalitas, serta menciptakan peluang pengembangan pasar baru. Terampil dalam melakukan riset konsumen, menyusun strategi akuisisi dan retensi, serta mengoptimalkan pengalaman pelanggan untuk mendukung pencapaian target penjualan dan keberlanjutan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Customer Centricity : Strategi Bisnis yang Bertahan di Era Persaingan Ketat

27 September 2025   11:55 Diperbarui: 27 September 2025   12:05 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda merasa sebuah bisnis begitu sibuk menjual produknya, hingga lupa bertanya: “Apakah ini benar-benar yang dibutuhkan konsumen?” 

Konsumen di Pusat Orbit Bisnis

Selama puluhan tahun, bisnis berdiri di atas paradigma lama: perusahaan sebagai pusat, produk sebagai bintang, dan konsumen sekadar penonton yang siap membeli. Strategi bisnis bisa bertahan puluhan tahun tanpa banyak perubahan, dan perusahaan tetap tangguh menghadapi zaman.

Namun, lanskap itu kini telah berubah drastis. Poros bisnis tidak lagi berada di perusahaan, melainkan di pelanggan. Customer adalah pusat orbit, dan bisnis harus berputar mengelilingi mereka.

Dulu, sebuah usaha bisa bertahan lama dengan strategi yang sama. Sekarang, bisnis justru naik-turun seperti roller coaster. Satu tren baru bisa mendorong penjualan melesat, tetapi tak lama kemudian digantikan tren lain yang membuat grafik penjualan menurun tajam.

Pemicunya jelas: perubahan teknologi yang masif. Digitalisasi, media sosial, dan keterbukaan informasi membuat konsumen semakin cerdas. Mereka mampu membedakan mana iklan organik, mana konten berbayar, bahkan pola pemasaran yang sebelumnya dianggap jitu kini mudah terbaca.

Konsumen Lebih Pintar, Pebisnis Harus Lebih Peka

Era di mana selebritas atau influencer dengan jutaan pengikut otomatis menjamin penjualan sudah berakhir. Konsumen kini lebih kritis; mereka tidak lagi sekadar membeli produk, tetapi membeli value nilai yang sesuai dengan kebutuhan, gaya hidup, dan aspirasi mereka.

Inilah kesalahan umum banyak bisnis: terlalu sibuk menciptakan produk sesuai visi internal, tanpa memastikan apakah value yang ditawarkan benar-benar sejalan dengan yang dicari konsumen.

Hari ini, kendali ada di tangan konsumen. Perusahaan boleh saja menghadirkan inovasi, tetapi jika tidak sesuai dengan harapan dan persepsi pelanggan, produk itu tidak akan bertahan lama di pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun