Value yang tertanam di benak konsumen harus lebih diutamakan dibandingkan value yang ingin dipaksakan oleh perusahaan. Keduanya memang harus saling terkait, tetapi titik awalnya jelas: konsumenlah yang utama.
Bukan hanya menjadi Penyedia Produk, Kita Harus Siapkan Telinga
Dalam dunia yang berubah cepat, bisnis tidak cukup hanya berbicara; ia juga harus mendengar. Membuka telinga untuk menyimak keluhan, aspirasi, dan kebutuhan konsumen bukan lagi pilihan, melainkan syarat mutlak.
-
Mendengarkan berarti memahami: apa yang benar-benar menjadi masalah konsumen.
Memahami berarti relevan: produk tidak hanya bagus, tetapi tepat sasaran.
Relevansi melahirkan loyalitas: pelanggan tidak hanya membeli, tetapi juga percaya dan bertahan.
Kita hidup di era ketika konsumen semakin kritis, tren berganti lebih cepat daripada siklus produk, dan persaingan kian sengit. Poros bisnis bukan lagi perusahaan, melainkan pelanggan. Artinya, ketahanan bisnis tidak lagi diukur dari seberapa hebat produk yang diciptakan, tetapi dari seberapa dalam perusahaan mampu mendengar dan merespons kebutuhan konsumennya.
Maka, jika ingin bertahan, pebisnis harus merelakan egonya dan menempatkan pelanggan sebagai poros utama. Karena di akhir hari, bisnis yang benar-benar mendengar akan selalu menemukan jalan untuk tetap relevan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI