Mohon tunggu...
evi puspita
evi puspita Mohon Tunggu... -

kul di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegagalan Sistem Pendidikan di Indonesia

4 Desember 2010   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:02 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KEGAGALAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

A. Latar Belakang
Sistem pendidikan suatu Negara dapat memperngaruhi pendapatan perkapita penduduknya dan mengurangi tingkat pengangguran yang sangat tinggi ini dengan mengoptimalkan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat diakui dunia dengan melihat sudut pandang sistem pendidikan terbaik di dunia yang diraih oleh Negara Finlandia. Perbincangan sistem pendidikan Finlandia yang menduduki peringkat pertama di dunia masih hangat untuk dibahas dan dapat dijadikan komparasi dengan sistem pendidikan Indonesia. Namun artikel ini hanya membahas ruang lingkup kegagalan sistem pendidikan Indonesia yang perlu diperbahurui sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran tiap tahun.
B. Pembahasan
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai kegagalan sistem pendidikan Indonesia. Terlebih dahulu kita ketahui seluk beluk sistem pendidikan Indonesia meliputi, pengertian sistem pendidikan nasioanl, tujuan pendidikan nasional, visi dan misi pendidikan nasional.
Pengertian sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pendidikan nasional adalah suatu kesatuan yang kompleks dan terorganisir demi mencapai tujuan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Visi makro pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat madani sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai dengan amanat proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses pendidikan. Masyarakat Indonesia baru tersebut sikap dan wawasan keimanan dan ahlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjujung tinggi hak asasi manusia, serta berpengertian dan berwawasan global. Visi mikro pendidikan nasional adalah terwujudnya individu manusia baru yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan ahlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjujung hak asasi manusia, saling pengertian dan berwawasan global.
Misi makro pendidikan nasional jangka panjang adalah menuju masyarakat madani. Dalam bidang pendidkan penyelengaraan organisasi pelaksanaan pendidikan yang otonom, luas namun adatif dan fleksibel, bersifat terbuka dan berorientasi pada keperluan dan kepentingan bangsa. Perimbangan wewenang dan pertisipasi masyarakat telah berkembang secara alamiah. Pendidikan telah menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang berwawasan global, memiliki komitmen nasional dan bertindak secara lokal kepada keunggulan, serta menjadikan lembaga pendidikan sebagai pusat peradapan. Misi makro pendidikan nasional jangka menengah adalah pemberdayaan organisasi maupun proses pendidikan. Organisasi pelaksana pendidikan dengan cakupan yang luas dan otonom, sehingga mampu menampung kebutuhan masyarakat dalam berbagai situasi. Proses pendidikan dilaksanakan secara terbuka untuk memperbesar masukan dari masyarakat. Pelaksanaan pendidikan telah dilaksanakan melalui jenjang kewenangan yang teah terbagi dengan partisipasi masyarakat yang besar. Pendidikan diselengarakan dengan penanaman rasa keunggulan untuk menghadapi tantangan global. Mengusahakan lembaga pendidikan menjadi pusat peradapan.
Dari kedua pernyataan dapat ditarik kesimpulan bahwa visi dan misi pendidikan nasional adalah peserta didik harus mampu menghadapi tantangan global. Namun dari pernyataan tersebut hanyalah harapan belaka yang belum terelaliasir. Hali ini ditandai dengan masih tingginya angka pengangguran intelektual di Indonesia merupakan pekerjaan rumah bagi para pelaku pendidikan di Indonesia apalagi peserta didik yang hanya mengenyam di bangku pendidikan sekolah dasar (SD). Bahkan masyarakat yang hidup di wilayah perdalaman Indonesia yang sulit terjangkau transportasi seperti suku dayak dalam tidak tersentuh pendidikan nasional. Mereka hanya belajar dari alam sehingga pendidikan yang didapat juga sangat terbatas. Jadi tidak mungkin peserta didik mampu menghadapi tantangan gobal. Dari sinilah dikatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan Indonesia yang belum merata.
Begitu pula, sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah para peserta didik hanya duduk, mendengar ceramah dari guru, dan membuat informasi menumpuk dalam benak siswa tetapi tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan segala yg tersimpan dalam otaknya. Kejadian seperti ini terus berlanjut hingga di Perguruan Tinggi (PT) lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan. Hampir semua PT menerapkan sistem pembelajaran yang kurang efektif. Para mahasiswa diupayakan cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, tapi ternyata pada kenyataan di lapangan tidak demikian.
Persaingan produk dunia sedemikian beratnya, industri masa depan adalah industri yg terus menerus menciptakan kreasi dan nilai plus produk. Sementara siswa tidak didik untuk berkompetisi di dalam aktivitas produk, tetapi malahdigalakkan kompetisi test tertulis angka dan kalimat-kalimat. Siswa kita hanya terlatih berkompetisi cerdas cermat, tetapi kompetisi kreasi anak sekolah amat jarang. Pelajar kita tidak terlatih berkompetisi dibidang penelitian, tetapi lebih terlatih berkompetisi dibidang test dan ujian tertulis..
Pada umumnya lulusan perguruan tinggi juga masih memiliki keterampilan rendah, sehingga masih perlu tambahan pelatihan yang bersifat soft skill, agar mereka menjadi lulusan plus. Di dunia internasional banyak pelatihan di perguruan tinggi yang bisa dilakukan dalam lima hari, namun memberikan pengetahuan tambahan yang sangat berarti.
Orang yang berpendidikan akan mendapatkan penghormatan (prestice of life) di mata publik, meski dari keturunan yang tidak dikarunia Tuhan berupa kekayaan berlimpah. Akibatnya, orangpun berbondong-bondong mengeyam pendidikan setinggi-tingginya. Mengingat dunia terus melaju pada era globalisasi, era persaingan global, dan Indonesia merupakan bagian yang ikut andil di dalamnya. Dikehendaki ataupun tidak, setiap negera akan mengikuti perubahan dunia tersebut. Sehingga untuk mempersiapkan diri terhadap persaingan global, manusiapun meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikannya, baik mereguk pendidikan di dalam negeri maupun di negeri orang yang sudah nyata-nyata kualitasnya (high quality). Kendati syarat utamanya seperti itu, namun ternyata banyak sarjana menganggur. Lagipula semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi pula ekspektasi pekerjaan yang diinginkan. Ini yang menjadikan kaum terdidik makin sulit mendapat pekerjaan.
Walaupun masih tingginya angka pengangguran intelektual di Indonesia. Akan tetapi, setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat mengenyam pendidikan PT hingga menjadi sarjana, lalu (bila beruntung) mendapat pekerjaan. Bagi sarjana yang sudah mendapat pekerjaan pun, nasib mereka masih terancam juga dengan PHK mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih saja belum bangkit dari keterpurukan. Krisis global yang menginduk kepada Kapitalisme berimbas juga pada semakin tingginya angka pengangguran.
C. Kesimpulan
Pertama, kegagalan sistem pendidikan Indonesia yang dibahas dalam artikel ini dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan penghafalan. Para siswa maupun mahasiswa hanya diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur dengan kemampuan anak menjawab soal ujian terutama dengan pilihan berganda. Karena orientasinya hanya semata-mata memperoleh nilai bagus, maka bagaimana mata pelajaran dapat berdampak pada perubahan perilaku siswa tidak pernah diperhatikan.
Kedua, sistem pendidikan Indonesia yang belum merata antara peserta didik yang tinggal di kota dengan peserta didik yang tinggal di pedesaan (wilayah pendalaman Indonesia).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun