Raja Salomo mewariskan resep obatnya, demikian:
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22)
Memang mudah bagi kita untuk berkata, “Sabar ya..,” kepada teman yang sedang mengalami musibah, atau menyampaikan doa dan perhatian lewat whatsApp, bbm atau sms kepada sahabat yang sedang sakit atau berduka. Tapi meskipun rasa simpati kita itu dapat menghiburnya, perlu waktu baginya untuk bangkit dan pulih kembali.
Ya, seperti pepatah yang mengatakan bahwa kehidupan ini serupa dengan roda yang berputar, kita pun mengalami perputaran dari kebahagiaan ke kesedihan, lalu ke kebahagiaan lagi, silih berganti. Tidak ada yang tetap, karena memang kehidupan itu sendiri terus berubah. Jadi dalam setiap peristiwa yang kita alami, ingatlah bahwa hal itu hanya sementara. Nikmatilah sepuas-puasnya waktu bersukacita dengan orang-orang yang terkasih, karena semua ada batasnya, dan jangan tenggelam dalam kesedihan berlarut-larut, karena itu pun akan selesai.
“Tersenyumlah, dan dunia akan tersenyum bersamamu.” Bukankah ajakan itu lebih berfokus pada kegembiraan? Kalau kita amati perkembangan dunia pertelevisian sekarang ini, hampir di semua stasiun tv ada acara komedi. Sudah banyak orang yang berbagi tentang ‘terapi ketawa’ yang memberi kesembuhan atas suatu penyakit.
Ternyata, pada zaman dulu, raja Salomo juga sudah membuktikan dan memberikan ‘resep’-nya kepada kita, yaitu ‘hati yang gembira’.