Mohon tunggu...
Eva Nur Khofifah
Eva Nur Khofifah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis 5 Buku, Praktisi Pendidikan Keluarga, Hipnoterapis, Founder @mozaikpsikologi

Salam Bahagia, Life with Love.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Buruk Memaksakan Nilai Akademis Anak

7 Mei 2019   08:42 Diperbarui: 7 Mei 2019   08:50 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Realitanya di dunia kerja orang sukses adalah yang bahagia dengan profesinya, lalu bagaimana caranya supaya bahagia? ya jelas ia harus bekerja sesuai minat dan bakatnya. 

 Salah satu cara melihat minat dan bakat anak yang dengan nilai akademis anak, mana yang paling unggul diantara semuanya dan anak pun memiliki minat yang sangat tinggi pula. 

Apalagi di jaman sekarang ini segala sesuatu ada ahli nya, ada spesialis nya, sayang sekali jika orangtua memaksakan anak unggul pada semua bidang sedangkan orangtua tidak tau mana yang paling unggul diantara semuanya.

Nyatanya untuk sukses bukan hanya intelectual quotient saja, ada emotional quotient dan spiritual quotient yang harus dikembangkan pula.  Tiga kecerdasan tersebut harus berjalan beriringan tidak bisa dipisahkan, misalnya anak hanya dikembangkan kecerdasan intelektual saja dan kecerdasan emosional seerta spritualnya dibiarkan, akan seperti apa di dunia kerja? 

Begitupun anak yang hanya dikembangkan kecerdasan emosional saja tanpa mempertimbangkan penting pula kecerdasan intelektual dan spiritual akan seperti apa? dan berlaku pula untuk yang hanya mengembangkan kecerdasan sipritual anak.

Kepribadian anakpun harus diperhatikan, anak termasuk pribadi dengan karakteristik yang intovert ( tertutup ) ataukah ekstovert ( terbuka) ? di jaman sekarang ini dengan banyaknya lapangan kerja yang dapat disesuaikan dengan keperibadian anak, anak yang cenderung terbuka bisa berprofesi dengan pekerjaan yang intensitas bertemu dengan banyak orangnya lebih banyak, anak suka tampil di publik, anak tidak keberatan berada ditengah kerumunan orang, anak senang berkomunikasi dengan banyak orang. 

Sebaliknya untuk anak yang cenderung tertutup maka orangtua tidak boleh memaksa menjadi terbuka karena memang di jaman sekarang pekerjaan untuk orang tertutup pun banyak sekali, anak yang tidak seka bekerja dengan banyak orang, anak yang potensinya keluar saat menyendiri, anak bisa memiliki profesi yang tuntutan kerja nya berada di belakang layar, maka potensi anak pun akan keluar sama seperti anak yang terbuka.

Jika mencermati pernyataan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa nyatanya memaksakan nilai akademis anak sungguh tak ada faedahnya, malah akan menjadi sia-sia saja, karena nyatanya anak yang sukses bukan dilihat dari faktor akademis saja, ada kecerdasan emosional dan spiritual yang harus dicapai beriringan pula dengan kecerdasan intelektual.

Lalu apa saja dampak buruknya memaksakan nilai akademis anak? 

Pertama, anak yang dipaksa nilai akademisnya memuaskan cenderung menjadi anak yang pemalas. Kenapa pemalas? ya karena pada akhirnya ketika ia terpaksa melakuakn sesuatu yang tidak diinginkan ia menjadi malas melakukan hal tersbut, alih-alih menjadi semangat , yang ada kemalasan semakin mengakar karena sikap memaksa orangtua.

Kedua, ketika anak dipaksa nilainya bagus justru realitanya ia melakukan hal sebaliknya ( nilainya sangat tidak memuaskan). Anak yang dipaksa mendapat nilai A untuk semua pelajaran, realitanya kebanyakan hasilnya malah sebaliknya, mengapa? karena anak melakukan pemberontakkan, bukannya semangat tapi malah ingin menunjukkan bahwa ia tidak bisa dipaksa, tidak bisa dijajah, karena terlalu sering dipaksa dan dimarahi akhirnya anak menjadi kebal dan tertawa ketika melihat orangtuanya kesal dengan nilai akademisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun