Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Toleransi dalam Pesta Demokrasi, Apa Itu?

10 Februari 2024   20:15 Diperbarui: 10 Februari 2024   20:25 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tinggal menghitung menghitung hari bahkan jam, kita menghadapi pesta demokrasi. Pesta demokrasi kali ini memang meriah dan mendapat banyak sorotan dari berbagai media Tingkat global.

Media di tingklat global tidak saja tertarik pada riak-riak dan berbagai kejadian yang menyertai pemilu kali ini. Tapi sebagai negara demokrasi yang tergolong besar di dunia, mereka sering meliput hal-hal yang fenomenal. Indoenisa adalah negara besar. Kita memiliki enam agama yang diakui, meski negara kini juga mengakui berbagai aliran kepercayaan yang ada di Indonesia. Kita juga memiliki ratusan etnis yang panjang terbentang karena luasnya geografis kita Belum lagi bahasa, warna kulit yang berbeda.

Negara lain paham bahwa perbedaan yang kita punya sangat tidak mudah untuk dikelola. Pemimpin yang punya skill dan kharismalah yang bisa mengelola (memanage) warga Indonesia dengan baik. Kita sudah buktikan dengan berbagai pemimpin yang mengelola negara kita ini. Sehingga toleransi dalam berpolitik juga hal yang penting diperlukan di sini. Bagaimana seorang fanatik seorang paslon dapat menerima dengan ikhlas, seorang paslon lain yang bukan pilihannya untuk terpilih.

Seorang teolog (Kristen) yaitu John S Dunne punya pendapat menarik soal toleransi yang bisa dipakai dalam konteks toleransi beragama maupun toleransi berpolitik.  Ada dua istilah Dunne dalam hal ini, yaitu passing over dan come back. Artinya, umat beragama harus keluar dari dalam kesadaran agamanya sendiri dan masuk dalam kesadaran agama lain. Para warga dalam konteks itu diminta untuk bersikap empatik, dengan ketulusan memahami realitas agama tersebut untuk mematangkan pemahaman keagamaannya kemudian mereka kembali pada keyakinan mereka dan melihat berbagai persoalan dengan wawasan baru.

Langkah ini terbukti bisa menambah kemampuan warga untuk self critism, dan dengan begitu hubungan antar agama dan hubungan yang rusak karena kontestasi politik bisa dengan kesadaran diri membaik. Orang tidak lagi gampang menuding atau menghujat hanya karena tidak puas atas kebijakan pemerintah.

Ini juga yang mungkin perlu kita lakukan pada minggu depan, pada saat menghadapi pesta demokrasi. Dengan passing over dan come back, kita bisa toleran terdahap pilihan politik orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun