Dalam era digital yang berkembang pesat, konsep mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/CBDC) telah muncul sebagai inovasi yang mengubah paradigma dalam kebijakan moneter. Sebagai alternatif terhadap uang tunai konvensional, CBDC menjanjikan efisiensi, inklusi keuangan, dan transparansi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, seiring dengan potensi positif ini, timbul pula perdebatan intens seputar dampaknya terhadap kedaulatan moneter suatu negara.
Dalam perjalanannya menuju adopsi yang lebih luas, CBDC menarik perhatian para ahli ekonomi, regulator, dan masyarakat umum. Bukan hanya sebagai sebuah langkah teknologi, tetapi sebagai tonggak sejarah yang dapat membentuk ulang lanskap keuangan dan kebijakan moneter suatu bangsa. Pertanyaannya pun semakin nyata: apakah mata uang digital bank sentral ini mewakili revolusi positif yang mendukung kemajuan ekonomi, ataukah justru menjadi ancaman terhadap kedaulatan moneter yang selama ini dijunjung tinggi?
Revitalisasi Moneter Melalui CBDC
Pendukung utama mata uang digital bank sentral menegaskan bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk memperbarui sistem moneter nasional. Dengan CBDC, pemerintah dapat memiliki kendali yang lebih besar terhadap peredaran uang dan kebijakan moneter. Ini juga dapat memungkinkan akses keuangan yang lebih inklusif, mengurangi biaya transaksi, dan menghindari kebutuhan pihak ketiga seperti lembaga keuangan tradisional.
Selain itu, CBDC dapat mempermudah pembayaran lintas batas, memerangi kegiatan ilegal seperti pencucian uang, dan memberikan transparansi yang lebih besar pada penggunaan dana publik. Ini adalah argumen kuat untuk menganggap CBDC sebagai sebuah revolusi positif dalam dunia moneter. Dilansir dari tempo.co Gubernur Bank Indonesia Bapak Perry Warjiyo menyampainkan dalam diskusinya pada acara Digital Transformation For Indonesian Economy pada Rabu 11 Maret 2020 bahwa terdapat tiga manfaat utama Rupiah Digital yaitu terciptanya efisiensi dalam pendistribusiannya karena menggunakan teknologi blockchain dan DLT, transaksi wholeshale antar bank menjadi lebih efisien karena biaya transaksi nol, pada transaksi ritel rupiah digital memiliki biaya transaksi rendah dan cepat. Sehingga dari ketiga manfaat tersebut nantinya dapat mengurangi cost of transaction, meningkatkan kecepatan transaksi, velocity of money yang akan bermuara pada peningkatan efisiensi, produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi.
Ancaman Terhadap Kedaulatan Moneter
Namun, ada pihak yang menyatakan bahwa CBDC juga membawa ancaman serius terhadap kedaulatan moneter. Sebuah mata uang digital yang dikendalikan oleh bank sentral dapat memberikan pemerintah kekuasaan luar biasa dalam melacak dan mengendalikan transaksi keuangan individu. Ini memunculkan keprihatinan tentang privasi dan potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah.
Selain itu, CBDC dapat menjadi alat yang efektif dalam mengambil alih moneter suatu negara dalam situasi krisis. Jika pemerintah memiliki kendali penuh atas sistem keuangan digital, mereka dapat memutuskan untuk memblokir akun individu atau mengurangi suku bunga dengan cepat, yang dapat memiliki dampak besar pada keuangan individu dan bisnis.
Mengintegrasikan mata uang digital bank sentral ke dalam kebijakan moneter nasional bukan tanpa risiko, dan salah satu risiko utama yang muncul adalah potensi ancaman terhadap kedaulatan moneter suatu negara. Berikut adalah sejumlah risiko signifikan yang perlu dipertimbangkan. Pertama risiko keamanan, CBDC membawa implikasi besar terhadap keamanan finansial suatu negara. Dalam lingkungan digital yang terus berkembang, serangan siber dan upaya peretasan menjadi ancaman serius. Keamanan infrastruktur digital harus diutamakan agar tidak memberikan celah bagi pihak yang berniat jahat untuk merusak stabilitas keuangan nasional.
Kedua risiko privasi, penerapan CBDC mengharuskan pengumpulan dan pengelolaan data yang besar. Risiko terhadap privasi masyarakat menjadi nyata, dengan potensi pemantauan aktivitas finansial individu oleh pemerintah atau entitas yang tidak berwenang. Perlindungan data dan hak privasi menjadi krusial dalam memitigasi risiko ini. Ketiga risiko disintermediasi sektor perbankan, CBDC dapat mengarah pada disintermediasi sektor perbankan tradisional. Dengan individu dapat menyimpan dan mengakses dana langsung melalui bank sentral, lembaga keuangan konvensional mungkin kehilangan peran utamanya. Ini bisa mengancam stabilitas sektor keuangan yang telah mapan. Risiko keempat yaitu run risk pada saat krisis, kecepatan akses dan pergerakan dana yang dapat dicapai melalui CBDC dapat menyebabkan "run risk" pada saat krisis keuangan. Dalam situasi panik, individu mungkin cenderung beralih ke CBDC dalam jumlah besar, meningkatkan tekanan pada stabilitas
Solusi dalam Pengembangan CBDC
Penting untuk mencari solusi yang seimbang dalam pengembangan mata uang digital bank sentral. Di satu sisi, ini dapat menghasilkan manfaat yang signifikan dalam hal efisiensi, inklusi keuangan, dan transparansi. Namun, pada saat yang sama, perlindungan privasi dan kebebasan finansial juga harus dijaga. Beberapa negara telah mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan mengadopsi teknologi blockchain atau Distributed Ledger Technology (DLT) untuk memastikan transparansi dan keamanan data, sambil memberikan anonimitas yang lebih besar bagi pengguna. Regulator juga perlu memainkan peran penting dalam mengawasi penggunaan CBDC dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah.
Pentingnya prasyarat untuk pengembangan CBDC, seperti yang diuraikan oleh Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono dalam acara festival ekonom dan keuangan digital Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali yaitu melibatkan high level design agar tidak mengganggu stabilitas keuangan, mendukung integrasi dan interoperabilitas, serta memilih platform teknologi yang sesuai untuk pengembangan CBDC di jalur digital.
Dengan demikian mata uang digital bank sentral adalah topik yang kompleks dan menantang, yang memicu perdebatan antara pendukung dan kritikusnya. Sementara CBDC memiliki potensi besar untuk mengubah kebijakan moneter dan keuangan nasional, penting untuk memastikan bahwa perkembangannya mempertimbangkan baik manfaatnya maupun ancamannya. Keselamatan, privasi, dan kedaulatan moneter adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dengan serius dalam proses implementasi mata uang digital bank sentral. Sehingga perlu menjadi perhatian bagi Bank Indonesia untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari CBDC Indonesia yang berupa Rupiah Digital kedepannya sehingga dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan inklusifitas keuangan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H