Mohon tunggu...
Euri Ametsa
Euri Ametsa Mohon Tunggu... Buruh - manusia biasa

Mencoba menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paul Alexander, Pengacara yang Hidup dalam Tabung

2 Oktober 2018   09:51 Diperbarui: 2 Oktober 2018   10:18 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : usnews.com

Hampir semua orang memiliki sesuatu yang menjadi inspirasi baginya. Sesuatu yang menjadi penyemangat ketika masa-masa suram menghampiri. Bagiku, sesuatu itu adalah seseorang bernama Paul Alexander. Dia adalah seorang penderita polio tertua di dunia. Dia mendapatkan penyakit tersebut ketika terjadi wabah polio puluhan tahun lalu di Amerika Serikat. Penyakit yang dideritanya, membuatnya tidak bisa bergerak dari leher sampai ke ujung kaki. Otot-otot tubuhnya kehilangan kemampuan untuk bergerak. Membuatnya mengalami kesulitan untuk bernafas dan untuk mengatasi kesulitan tersebut, dia harus hidup di sebuah mesin berbentuk seperti tabung(iron lungs), yang membungkus tubuhnya dari leher ke ujung kaki.

Dia hanya bisa menggerakkan kepalanya saja. Sehingga, untuk melakukan hampir segala sesuatu, dia membutuhkan orang lain. Namun, kehidupannya yang membayangkannya saja membuatku takut itu, tidak menghentikannya untuk bekerja dan menikmati hidup. Dia bahagia dengan hidupnya yang apa adanya. Di masa mudanya, dia mengambil sekolah hukum, setelah lulus menjadi seorang pengacara dengan ribuan orang yang mengantri untuk mendapatkan jasanya. Terakhir, ketika aku melihat dokumentasi singkat hidupnya di Youtube, dia sedang menuliskan kisah hidupnya di komputer yang dia tuliskan dengan menggunakan sebatang pensil yang dijepitkan di mulut. Membuatku malu yang masih bisa menggunakan kedua tangan, tapi masih malas menggerakkan kedua tanganku untuk menulis.

Paul Alexander mungkin bukanlah sebuah nama besar yang namanya dituliskan di dalam buku sejarah dan diajarkan di sekolah-sekolah. Namun, bagiku, namanya telah aku tuliskan dalam sejarah hidupku. Setiap kali merasa ingin menyerah, mengeluh akan beratnya hidup, aku akan mengingat nama dan kisah hidupnya. Dia menjadi contoh nyata bahwa tidak ada yang boleh dijadikan alasan untuk berhenti. Terlebih lagi bagiku yang masih bisa menggerakkan keeluruhan anggota tubuhku seutuhnya. Seberat apapun permasalahan hidup yang aku alami, masih belum apa-apa jika dibandingkan dengan yang dialami oleh Paul Alexander. Aku tidak berhak mengeluh, apalagi berpikiran untuk mati.

Selama tubuhku masih bisa bergerak, dan aku tidak kekurangan sedikit apapun, aku tidak akan berhenti dan tidak sudi lagi berhenti. Detik ini, aku akan kembali memulai semuanya sekali lagi. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu yang tuhan berikan kepadaku. Setiap detik amat sangat berharga.

Jadi, aku berniat kembali menghidupkan "seribu malam perjuangan" yang berarti dalam seribu malam ke depan aku akan berjuang, tidak peduli seberat apapun tantangan yang aku hadapi. Terlebih lagi, aku yakin tuhan tidak akan memberikan sebuah cobaan ataupun ujian, melainkan aku pasti sanggup menghadapi dan menuntaskannya.

Aku tidak tahu sampai kapan aku akan hidup dan bisa menikmatinya. Bisa hari ini, esok, atau kapanpun terserah tuhan yang menakdirkan. Namun, sampai kapanpun itu, aku sudah memutuskan bahwa aku akan hidup dengan caraku sendiri, sebahagia mungkin, seberguna mungkin. Sehingga, tidak tersisa sedikitpun penyesalan ketika akhirnya aku sampai di ujung perjalanan hidupku di dunia ini. Seperti Paul Alexander, aku ingin menjadi seseorang yang mampu menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain. Aku ingin mewariskan sesuatu yang berguna bagi generasi setelahku. Tahu dan memahami bahwa kita suatu saat pasti akan mati memberikanku sebuah keuntungan yang besar. Aku menjadi menghitung setiap langkah dan tindakan yang aku lakukan. Apalagi, aku meyakini bahwa apapun yang aku lakukan di dunia ini, akan aku pertanggungjawabkan kelak. Setidaknya, aku ingin ketika bertemu tuhan nanti, Dia akan tersenyum kepadaku dan berkata " you did a great job".

Demikianlah, malam pertama dari seribu malamku yang akan dimulai malam ini. Aku akan menikmati setiap proses dengan senyuman dan rasa bahagia di hati. Apalah arti memiliki segala hal, jika tidak mampu menghasilkan dan memberikan sebuah senyuman. Aku akan berjuang!.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun