Kisah nyata dari seorang anak lelaki yang belum pernah melihat wajah sang Ayah
Adalah seorang anak muda , dia di lahirkan 25 th silam di desa kecil di Kalimantan barat, pada subuh bulan September dia terlahir , seorang ibu yang sangat mencintainya menamakan dia K. Cobo Cahyo Herwono yang artinya anak yang prihatin dan penuh cobaan yang lahir di hutan, tanpa di damping sang ayah bayi tsb menyambut dunia dengan tangis , tidak tau apakah tangis itu karena bahagia ataukah karena menyesal krn telah lahir kedunia, enam bulan kemudian orang tuaanak tsb mengajaknya pulang kembali ke jawa ke daerah asal mereka, karena sang ayah bekerja di Kalimantan maka di tinggalkan lah istri dan anak itu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun telah berlalu, jika Bang toyip tidak pulang selama 3 kali lebaran, sang ayah anak laki-laki yangtampan itu tidak pernah pulang selama 25 kali lebaran,
Jangankan kirim uang buat makan dan sekolahnya , untuk menanyakan kabar apakah anak itu baik-baik saja pun tidak, belakangan sang anak mendapatkan kabar tentang keberadaan ayahnya, dengan bantuan teman sang ayah anak tsb mendapatkan no telp dan mulailah mereka saling berkomunikasi, sampai akhirnya sang ayah berjanji untuk pulang ke jawa untuk mengunjunginya ,walaupun ternyata di Kalimantan sang ayah sudah punya anak lagi dari ibu yang lain, sang anak tsb berusaha memaafkan kesalahan masa lalu ayahnya tanpa punya keinginan untuk mengambil kembali sang ayah dari keluarga barunya,
Janji tinggal janji, sang anak menunggu kedatangan sang ayah tp tak kunjung datang, hingga suatu hari anak laki-laki dari ibu yang lain menghubungisang anak malang itu dan mengatakan bahwa dia juga pernah mengalami hal yang sama, Oh My God ternyata sang ayah itu bukan hanya menyakiti satu orang anak akan tetapi 12 anak dari 3 wanita yang pernah di nikahinya,
Dengan muka pucat sang anak berusaha menahan rasa marah dan dendam akan sang ayah, kelembutan hati seorang ibu yang sangat mencintainya yang mampu membuatnya untuk merelakan keinginannya untuk bisa bertemudg sang ayah,
“ ayah “ tidak kah ada rasa kasih mu akan anak-anak mu? Apakah ayah seperti itu masih layak untuk di sebut sebagai “Ayah “?
Maaf jika penyusunan kalimat masih belepotan,
Salam kasih