Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai-nilai Pancasila yang Teruji di Pandemi

1 Juni 2020   18:01 Diperbarui: 19 Juni 2020   02:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber ilustrasi : Tribunnews.com)

Lalu di tengah segala pertentangan itu, tiba-tiba Covid-19 menyerang. Sebuah tantangan global yang sepertinya berhasil meredam debat-debat panas tentang Pancasila.

Pancasila bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Seperti kata Soekarno; Pancasila terbenam dalam jiwanya bangsa Indonesia. Lima mutiara itu digali lewat perenungan mendalam dan telah melalui proses pengujian panjang yang akan terus  berlangsung selama Indonesia masih tegak berdiri sebagai sebuah Negara Bangsa.

1 Juni tak hanya dimaknai secara simbolik sebagai hari Pancasila, namun jauh daripada itu,  1 Juni merupakan benang sejarah yang menghubungkan kita; generasi masa kini dengan warisan rohani masa lalu para pendahulu dan leluhur. Membangun kesadaran Pancasila adalah membangun kesadaran sejarah bangsa. 

Namun bangunan kesadaran itu tidak akan disebut kokoh tanpa terjangan badai yang besar. Pancasila tak kan pernah sakti tanpa diuji kesaktiannya.

Pancasila memang pernah melewati momen-momen sulit ujian fisik. Ia digempur pemberontakan demi pemberontakan. Namun setelah reformasi ujian itu tidak lagi kasat mata. 

Gerbang reformasi yang terbuka membawa laju tantangan yang semakin deras, semakin beragam, dan semakin tak tampak. Gempuran ideologi lewat teknologi menghantam dari dalam dan luar negeri.

Pancasila berkali-kali dipertanyakan dalam diskusi-diskusi alot semua yang berkepentingan. Bahkan sampai-sampai ada dikotomi antara yang merasa diri paling pantas disebut pancasilais dan ada yang menantang dan menyebutnya tak cukup berhasil menjadi nilai yang bisa diterima semua.

Lalu di tengah segala pertentangan itu, tiba-tiba Covid-19 menyerang. Sebuah tantangan global yang sepertinya berhasil meredam debat-debat panas tentang Pancasila.

Kondisi genting ini serta-merta membuat banyak orang kembali merenungkan nilai-nilai luhur berkebangsaan yang ternyata sejak awal sudah melekat pada Pancasila.

Covid-19 menjadi tonggak balik warga negara memahami arti pentingnya ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kepemimpinan yang hikmat bijaksana, serta asas-asas keadilan sosial. Tidak muluk jika menyebut bahwa Pancasila sedang terlahir kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun