Mohon tunggu...
Esti Hajiyanti
Esti Hajiyanti Mohon Tunggu... -

Setiap manusia diberikan otak oleh Tuhan dengan isi dan besaran yang sama, dalam mengggunakannya manusia bebas mengggunakannya, mau disia - siakan boleh,digunakan untuk berfikir tanpa henti tiada yang melarang, sebelum Tuhan mengambil otak manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Supercamp

8 April 2013   21:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:30 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PENEMBAKAN APRIL MOOP

Mei 2006

Supercamp ada lagi, wow kegiatan yang sangat aku tunggu, banyak teman baru yang akan aku temui, walaupun aku masih junior high school, aku anak perempuanterakhir dan tentunyapaling cantik diantara abang – abang ku tetapi petualangan merupakan makanan sehari - hari aku.

Pembagian kelompok disupercamp. Wah, aku berharap semoga teman satu kelompok mempunyai jiwa petualang seperti aku. Lily, Ade dan lestari namaku dipanggil pertama oleh instruktur supercamp, aku bertanya – tanya seperti apakah ade dan lestari.

”Hey, kamu lily” ucap salah seorang gadis keturunan arab,

Dengan singkat aku jawab, “ya”.

Aku ade dan ini lestari (menunjukkan gadis berwajah manado disebelahnya) kami teman satu kelompok kamu selama disupercamp, dengan panjang lebar mereka memperkenalkan diri, aku tidak tertarik dengan perkenalan diri mereka, yang aku tangkap mereka mengikuti kegiatan supercamp ini hanya untuk mengisi liburan mereka saja dan tidak tertarik dengan petualangan, “payah”, gerutu ku dalam hati.

Kegiatan yang aku tunggu tiba jejak alam. Kami dilebur kembali menjadi satu kelompok dengan peserta putra.

Aku tunggu namun namaku tak dipanggil oleh instruktur,” Kelompok terakhir” ucap instrukturku.

“Awan sebagai ketua kelompok, aan, ade, lestari, dan lily”, panggil instrukturku

Namaku disebut paling terakhir dari kelompok terakhir pula, dan gawatnya ketua kelompokku awan.

”hmhmhm dari stylenya saja tidak terlihat jiwa petualang”, gerutuku.

Sepanjang perjalanan jejak alam aku tunjukkan wajah tak bersahabatku dengan mereka,

Awan membuat yel – yel untuk membuat semangat kelompok kami, “norak”sahutku,

Awan hanya tersenyum mendengar gerutuanku.” Ga ada yel – yel yang lebih bagus dari yel – yel buatan awan”, sahutku,

” Ini yel – yelnya lucu lily”, ucap lestari.

”Coba kamu dengerin tiap lirik dari yel – yel kelompok kita”, ucap ade.

Aku baca kembali lirik yel – yel kelompok kami yang diadopsi dari lagu anak – anak , 1..1 aku cinta awan, 2..2 aku cinta ade, 3..3 aku cinta aan, 1,2,3 aku cinta awan, ada yang ketinggalan loh, 4..4 aku cinta lestari dan yang paling aku cinta adalah sii lily.

“Seru dimananya coba”, gerutuku.

Awan mulai berbicara,”coba lily yang buat yel – yel yang lebih seru”.

”Oh siapa takut”, jawabku. Aku berfikir keras, aduh apanya.

5 menit berlalu, ”ah kelamaan kau buat yel – yelnya”, ucap aan dengan logat bataknya.

Wajahku langsung memerah karena malu. “Sudahlah kita lanjutkan jejak alam kita”, sahut awan dengan tegasnya.

Setiap pos jejak alam ini kami lakukan dengan baik, tak lupa kami menyanyikan yel – yel kelompok kami. Pos terakhir tong penyumbat kami harus menyumbat setiap lubang dalam tong dan tongnya diisi air, diluar dugaanku awan merelakan dirinya untuk masuk kedalam tong dan tentunya badannya basah semua, jejak alam selesai tapi awan kedinginan dan menggigil, timbul rasa simpatiku kepadanya.

”Wan, kamu kenapa“.ujarku.

”ah, gapapa, cuma pengen gaya aj menggigil kayak gini, hmhm, aku jadi enak diperhatiin sama kamu”, ucap awan.

Wajahku langsung memerah,

“Kamu lucu kalo malu pipinya kayak humairah”, goda awan

“Aku panggil kamu humai aja ya, ga usah lily”, goda awan lagi

”Terserah kamu”, sahutku

“Cie,cie,cie, ada cinta disupercamp”, tiba – tiba aan muncul.

Karena kerasnya suara aan seluruh instuktur dan teman – teman disupercamp mendengarnya dan ikut menggodaku.

“Aku kesana dulunya”, ujarku. Aku berlalu pergi meninggalkan awan, sambil menutup wajahku yang malu.

Tak terasa supercamp selesai, aku enggan meninggalkan supercamp, aku bertanya – tanya dalam hati, ”bagaimana aku bisa bertemu awan lagi, bagaimana aku bisa tahu keadaan awan”. Aku memandangi awan yang sedang senda gurau dengan aan, dibalik gayanya yang cuek ada satu hal yang buat aku tertarik kepadanya tapi aku ga tahu itu apa. Tanpa aku sadari awan mendekatiku.

“Humai nanti kalo kita ketemu lagi, petualangan aku pasti lebih banyak dan lebih seru, kamu pasti iri mendengar ceritaku”, ucap awan

Dengan kesal aku menjawab, “Aku petualang sejati, dan ga akan ada yang menyaingiku termasuk kamu.

Maret 2010

Awal pertama aku masuk kuliah disalah satu universitas negeri diBandung, aku selalu berharap kemana pun aku pergi,aku bisa bertemu dengan awan hanya sekadar mengucapkan say hallo kepadanya, aku relakan masa senior high school aku untuk sendiri, dan aku ikuti extrakulikuller pecinta alam, supaya jika aku ketemu awan aku bisa terlihat petualang sejati.

“Lily”, nur sahabatku mengagetkanku

Aku tunjukkan ekspresi kekesalanku

“Kamu ko’bengong, hayo mikirin apa”, ucap nur

“Kamu mengagetkan aku saja”, sahutku dengan kesal

Dengan tertawa terbahak – bahak, nur kembali bertanya, “kamu mikiran apa, kamu bejonya?”

“ststst, ngomong apa sii kamu, aku teringat sama seseorang pas aku supercamp dulu”, sahutku.

Nur kembali bertanya, “Memangnya seperti apa dia, seganteng akukah (dengan menunjukkan wajah narsisnya).

Dengan tegas kujawab, ”TIDAK”, lalu aku ceritakan kegiatanku dulu semasa supercamp dahulu, dan kerinduan aku kepada awan.

“Aku inget punya teman anak mapala disalah satu universitas diIndramayu namanya awan, dia juga maniak dengan kegiatan alam sama seperti kamu”, sahut nur.

Ada secercah harapan yang timbul, dengan semangat yang menggebu aku minta bantuan sahabatku nur untuk mencari tahu keberadaannya awan.

Satu pekan setelah aku menceritakan awan kepada nur, nur berlari kecil dan memanggilku, “lily, aku mempunyai nama facebook awan, doi kuliah diuniversitas Indramayu”. Dengan nafas tersengal – sengal nur mendekatiku.

“Istirahat dulu nur”, ucapku, dengan cepat nur memberikan nama akun facebook awan.

Keraguan muncul, apakah awan masih inget sama aku. Satu pekan setelah nur memberikannama facebook awan kepadaku, aku beranikan diri untuk membuka akun facebookku. Permintaan pertemanan dari awan pugu, bahagia pasti, loncat – loncat tentunya, untung laptopku ga ku banting karena senangnya. Langsung aku konfirm, awan mengirimkan message diakun facebookku, “boleh minta no lestari”. Dengan kesal aku membaca message itu,”lestari, salah teman supercampku”, aku bales, “ada, kamu kirimin no handphone kamu nanti aku kirimin no handphone lestari”. Langsung dibales oleh awan dan dikirim nomor handphone awan. Kesal pasti, jengkel tak terbendung, aku kirim no handphone lestari kepada awan. “Makasih humai”, jawab awan, “ternyata dia masih inget dengan panggilan itu”, sahutku. Satu tahun aku tahu keberadaan awan hanya dari akun facebook, sms dan saling telepon. Bertemupun tidak.

Februari 2011

Tiba – tiba awan mengirimkan sms kepadaku, “aku lagi diBandung, aku tunggu didepan kampus kamu humai. “Ha! Awan lagi diBandung dan mau bertemu”, teriakku. Selang 10 menit awan sudah mengirimkan sms kepadaku, “kamu dimana”. Aku berlari kecil tak sabar aku bertemu awan. Aku linglung, banyak perubahan yang terjadi kepada awan. Kami berjalan kaki mengelilingi Bukit Bintang, dago. Awan menceritakan kegiatannya dialam dan kegiatannya selama menjadi mapala. Aku pun tak mau kalah, aku ceritakan dengan jelasnya kegiatanku selama mengikuti extrakullikuler pencinta alam.

“Seneng banget bisa bertemu dengan awan, kangen sudah satu tahun tak bertemu dengan awan”, ceritaku kepada nur.

“ Yah, giliran seneng ketemu doi uda ga inget sama aku”, ucap nur.

“ Maaf deh, aku traktir makan yuk, sekalian aku ceritakan pertemuan dengan awan”,sahutku.

“ Siapa yang ga mau”, sahut nur dengan cengar – cengir.

April 2011

Aduh tugas numpuk, lusa kuis”, sahutku

“Penat”, teriakku

Nada dering ponselku berbunyi, awan calling, “halo, humai jalan keluar sekarang bisa, aku tunggu digang depan kostan kamu”, sahut awan.

“Ah, pasti bisa”, jawabku

Dibawah rembulan dan diterangi kerlipan cahaya lampu kota Bandung, baru kulihat awan dengan wajah seriusnya.

“ Mau jadi pacar saya?”, ucap awan

“ Kamu nembak!”, sahutku

Aku bingung dan Awan diam seribu bahasa, selang beberapa menit, “ hahaha” tawa mengelegar dari mulut awan, ”april moop” ucap awan dengan wajah sumringah.

klepak, aku keplak saja kepala awan dengan kesal, mukaku merah padam. Kami sama – sama hening.

“Ayo, kita pulang, kasian pacarku takut terkena angin malam,” ucap awan

Aku turuti kemauan awan, sepanjang perjalanan pulang aku berfikir,”baru kali ini ada orang yang menyatakan cintanya seperti itu”, gumam aku dalam hati.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun