Mohon tunggu...
Esra K. Sembiring
Esra K. Sembiring Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS

"Dalam Dunia Yang Penuh Kekhawatiran, Jadilah Pejuang"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Indonesia

25 November 2018   21:32 Diperbarui: 25 November 2018   21:57 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
indtigana.blogspot.com

    Menikmati segelas kopi hitam sidikalang yang panas mengepul dan sepiring singkong rebus hangat,  ditengah hembusan sepoi semilir angin sore yang sejuk saat rintik hujan di Jakarta serasa mampu menyejukkan raga. Walaupun kenyataannya sedang berada ditanah rantau tapi raga ini seakan sedang  berada dikampung halaman (penulis) sendiri disebuah kota kecil di Sumatra Utara. Serasa sejuk, aman dan nyaman. Tidak ada  beda rasa, udara dan suasananya. Semuanya terasa sama bah !.

Suasana natural Indonesia seperti inilah  selayaknya juga kita (harus) alami bersama dimanapun kita berada di belahan bumi pertiwi kita ini. Kenyataannya masih perlu "pekerjaan rumah" bagi kita semua untuk menciptakan suasana ini. Harus diakui bahwa masih ada "elite" yang "keliru" dalam menafsirkan / implementasi  otonomi daerah sehingga berpotensi "gagal faham" dalam konteks NKRI. Indikasinya banyak peraturan daerah yang dibatalkan karena bertentangan dengan aturan diatasnya maupun dalam konteks persatuan bangsa.

Kondisi nasional bangsa yang "adem ayem"  patut kita perjuangkan supaya langgeng dan dapat dirasakan  kenyamanannya seluas-luasnya oleh seluruh rakyat di seluruh wilayah bumi pertiwi Indonesia ini.

Patut disadari bahwa suasana sejuk, aman dan nyaman seperti Indonesia saat ini sangat kontras bila dibandingkan dengan suasana negara di belahan bumi lainnya yang masih didera konflik maupun perang saudara yang berkepanjangan. Sebelumnya negara tersebut dikenal sebagai negara yang kaya raya dan lebih maju tetapi menjadi miskin melarat dan porak poranda akibat konflik perang saudara, perang diantara sesama saudara sebangsanya sendiri.

    Bagi Indonesia yang heterogen, upaya menjaga kerukunan sesama anak bangsa saat ini menjadi semakin penting dilakukan terutama dalam mensikapi dampak negatif kompetisi kekuasaan yang terjadi saat ini. Namun kenyataannya malah "ironi" dengan yang seharusnya. Sangat sedikit kaum intelektual maupun tokoh bangsa yang masih mau tertarik terjun langsung mengkaji dan mencarikan solusi pemecahan potensi disintegrasi bangsanya. 

Mengapa demikian ?

Apakah isu kebersamaan dan persatuan bangsa sudah tidak menjadi isu yang menarik lagi untuk dibahas para "pakar negara" saat ini ?. Apakah sudah menjadi isu "usang" ? Tidak laku di jual dibanding isu yang berbau "millenial" sehingga dibiarkan saja menjadi "layu" ?. 

Akibat fatalnya, bila terlambat diantisipasi maka "pendukung" paham kebersamaan dan persatuan ini bisa menjadi "loyo" tak bersemangat, tak bertenaga lagi dan akhirnya "kalah" di lindas "pendukung" paham perpecahan / disintegrasi seperti yang marak terjadi. Awalnya, konflik berawal dari ujaran kebencian yang dibiarkan bebas diungkapkan dalam masyarakat sehingga memuncak dalam pertikaian dan perpecahan bangsa.

Penutup

Bila semua keberagaman dalam masyarakat dibiarkan berakhir dengan pertikaian dan perselisihan secara bebas dengab caranya sendiri-sendiri, maka perpecahan bangsa sudah dekat berada didepan mata. Karena itu sudah memang seharusnya  pemerintah bersama semua elemen bangsa harus berani tampil lebih pro-aktif lagi baik secara kualitas dan kuantitas mengisi ruang-ruang diskusi publik di semua media dengan mengetengahkan ujaran kebaikan, ujaran persatuan, ujaran ke-bhineka tunggal ika-an sehingga mampu menyejukkan semua rakyat tanpa harus "terjebak" memihak pada satu kelompok tertentu.

Bagi "mereka" yang pernah mengalami konflik kerusuhan secara langsung, pasti tidak akan "rela" terulang lagi kerusuhan terjadi didaerahnya. Mereka sudah "bosan dimanfaatkan" dan malah harus menanggung sendiri "luka" maupun perpecahan yang diakibatkannya. Tidak ada untungnya sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun