Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bagaimana Evo Morales Akhirnya Terpaksa Mengundurkan Diri?

12 November 2019   13:17 Diperbarui: 13 November 2019   07:52 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Evo Morales saat menghadiri hari ulang tahun kemerdekaan ke-193 Bolivia pada Senin (6/8/2018). Dalam acara itu Morales mengenakan medali dan selempang kepresidenan. Foto: AFP/JOSE LIRAUZE via KOMPAS.com

Selama 13 tahun GDP per kapita di Bolivia mencapai 4,9 persen, angka kemiskinan berhasil ditekan dari 60 ke 35 persen, pendapatan penduduk meningkat, dan persentasi penduduk yang buta huruf menurun jauh.

Bolivia, yang dulunya selalu menjadi negara termiskin di Amerika Selatan, perlahan-lahan menjadi sebuah negara yang percaya diri, karena kemajuan ekonominya.

Namun, sebenarnya, tonggak sejarah yang berhasil dibuat Evo Morales adalah reforma konstitusi yang berisi tentang hak petani dan penduduk asli. Selain itu, Evo Morales berhasil mengubah UU Pemilu, melalui sebuah referendum dan mendapat dukungan 64 persen suara, mengenai masa periode presiden: hanya dua kali berturut-turut dapat mengikuti pemilu.

Namun, apa yang terjadi kemudian? Leonardo Mindez berpendapat bahwa setelah Evo Morales berhasil mengubah UU Pemilu, ia merasa seperti "memiliki kekuatan yang besar", sehingga kemudian ia "mabuk kepayang" dan "mulailah mengotak-atik" undang-undang.

Pada tahun 2013, dia mengajukan permintaan pengubahan konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Bolivia sekaligus mengubah masa periode keduanya menjadi masa periode pertama, sehingga dia bisa mengajukan diri sekalilagi sebagai calon presiden pada tahun 2014.  

Evo Morales mengajukan plebiscitary untuk mengubah Pasal 168 Konstitusi dan memperbolehkan satu kali lagi mengikuti pemilihan presiden. Plebiscitary itu dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2016, dan ternyata 51,3% penduduk memberikan jawaban TIDAK.

Namun, persoalan tidak selesai sampai di situ. Friksi politik pecah. Semua saling gugat melalui Mahkamah Konstitusi, sementara Mahkamah Konstitusi sendiri memberikan jawaban yang plin-plan.

Gesekan politik terus terjadi, polarisasi tak dapat lagi dihindari. Konflik politik menyebar menjadi perseteruan sosial yang tak kunjung padam. Hal ini membuat perekonomian negara jatuh, misalnya tahun lalu Bolivia mengalami defisit fiskal 8,1% (tertinggi di Amerika Selatan).

Berdasarkan survei, popularitas Evo Morales telah jatuh, dan satu-satunya cara untuk bertahan adalah menang pada putaran pertama pemilihan presiden. Keadaan ini dimanfaatkan oleh partai-partai oposisi, terutama yang beraliran kanan.

Evo Morales yakin bahwa ia menang pada putaran pertama pemilihan presiden. Namun, hasil pemilu tidak jelas, bahkan proses penghitungan suara tiba-tiba berhenti, tak ada data resmi yang dikeluarkan komisi pemilu.

Lima hari kemudian diumumkan bahwa Evo Morales memiliki lebih 10,57% suara dibanding Carlos Mesa. Ini membuat partai oposisi turun ke jalan untuk melakukan aksi protes bahwa telah terjadi kecurangan dalam pemilu. Sementara itu, Evo Morales tetap menganggap dirinya sebagai presiden terpilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun