Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mungkinkah Pohon Kamboja di Indonesia Berasal dari Meksiko?

15 Juni 2019   11:52 Diperbarui: 27 September 2021   05:22 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Kamboja di Colima, Meksiko. Dok. Pribadi

Di dalam buku The Libellus de Medicinalibus Indorum Herbis (dikenal dengan nama Codex Cruz-Badiano atau Codex Barberini atau Manuskrip Badianus yang ditulis pada tahun 1522) yang merupakan catatan tentang dunia pengobatan tradisional masyarakat Aztek, ditulis bahwa bunga Cacaloxochitl digunakan sebagai obat jampi-jampi untuk mengobati rasa terkejut atau menghilangkan rasa takut. 

Getah pohon Cacaloxochitl digunakan untuk menyembuhkan luka, sementara bunga, getah dan kulit batangnya digunakan sebagai obat batuk, batuk rejan, asma. Disebutkan pula bahwa pada upacara ritual disiapkan minuman (untuk kepala suku) air kakao yang beraroma bunga Cacaloxochitl.

Ana Velazco dan Debra Nagao pernah menulis sebuah catatan yang cukup menarik. Dalam masyarakat mexicas, bunga (terutama yang memiliki aroma yang semerbak) dianggap sebagai bayangan dewa. 

Beberapa jenis bunga yang harum semerbak, terutama bunga-bunga yang berkembang pada musim panas seperti Tlilxochitl (Vanila) dan Cacaxochitl, dapat mengobati rasa letih.

Mengenai Cacaloxochitl, Ana Velazco dan Debra Nagao menyebutkan bahwa tanaman ini begitu dihargai dan disebutkan dalam nyanyian ritual. Bunga Cacaloxochitl biasa diberikan sebagai hadiah kepada seseorang yang mendapat kedudukan penting dalam masyarakat dan juga dapat dijadikan sebagai upeti, serta ditanam di kebun raja. Ketika agama katolik tersebut di Meksiko, bunga ini dijadikan hiasan salib.

Sampai di sini, mungkin di dalam benak kita muncul satu pertanyaan: apakah tanaman Kamboja yang ada Indonesia berasal dari Meksiko? Ada dua catatan penting yang bisa kita jadikan sebagai acuan.

Pertama, mengenai jenis tanaman Plumeria yang dibudidayakan di Kepulauan Hawaii. Menurut catatan, jenis tanaman Plumeria itu berasal dari hutan di wilayah selatan Meksiko. Tanaman itu pertama kali ditemukan oleh orang-orang Eropa pada pertengahan abad ke-19. 

Pada tahun 1860 Wilhelm Hillebrand, seorang dokter berkebangsaan Jerman yang kemudian menjadi ahli botani, membawa tanaman tersebut ke Kepulauan Hawaii. Dia bekerja pada pemerintah di sana sampai tahun 1871.

Atas nama pemerintah Hawaii Wilhelm Hillebrand melakukan perjalanan ke Asia dan Hindia Timur pada bulan April 1865. Tujuannya melakukan perjalanan tersebut adalah untuk menemukan sumber tenaga kerja untuk perkebunan tebu, belajar tentang perawatan terbaru terhadap penyakit lepra, dan mengumpulkan (dan membawa) tanaman dan hewan ke Kepulauan Hawaii.

Apakah Wilhelm Hillebrand yang membawa tanaman Plumeria yang dibudidayakan di Kepulauan Hawaii ke Asia dan Hindia Timur (termasuk ke Indonesia)? Mungkin saja. Sayangnya, tidak banyak banyak informasi tentang perjalanan Wilhelm Hillebrand ke Asia dan Hindia Timur.

Kedua, tentang rute perdagangan antara Filipina (Manila) dan Meksiko (Acapulco, Nayarit dan Baja California Selatan) dari tahun 1565 sampai 1821, yang mana rute utamanya adalah Manila-Acapulco. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun