Pertanyaan sekarang adalah apakah pendirian kota di atas air tidak berdampak di kemudian hari? Banjir, misalnya. Masalah air di Mexico City sebenarnya sudah menjadi masalah sejak masa Imperium Aztek. Hujan yang deras sering mengakibatkan banjir yang merusak lahan pertanian, terutama ketika air asin Danau Texcoco bercampur dengan air tawar dari danau lain. Hujan sering menimbulkan masalah.
Itu sebabnya, tak heran pada masa Imperium Aztek, dipersembahkan korban manusia kepada dewa hujan Tlaloc, dengan harapan bahwa dewa tersebut melindungi mereka dari banjir (air). Pada saat yang bersamaan mereka juga mengembangkan kemampuan mereka untuk membuat sistem pengairan yang cukup canggih untuk masa mereka.
Barbara Mundy pernah membuat kritik terhadap pembangunan Mexico City sebagai berikut: Orang-orang Aztek telah dengan begitu hebatnya mengelola air yang mengelilingi dan menopang mereka, sementara orang-orang Spanyol tidak memperhatikan koeksistensi air yang telah ada selama beberapa generasi. Mereka bahkan memulai sebuah perang baru melawan air, dan perang ini sudah berlangsung lebih dari empat ratus tahun.
Orang-orang Spanyol dan keturunannya telah mencoba menyingkirkan semua air dengan mengeringkan danau. Mereka berpikir bahwa danau itu seperti bak mandi dengan tutup sumbat dan membuat terowongan untuk menyalurkan air. Namun, mereka hanya mengubah arah sungai, segala sesuatu dalam upaya mereka mengeringkan lembah.
Mereka membuka lahan untuk memperluas kota dengan peternakan, kebun, dan rumah bagi penduduk yang terus bertambah. Mereka membuat rencana tata kota untuk mengurangi banjir, termasuk membuat bendungan dan kanal untuk mengalirkan air. Air telah dikeringkan sedemikian rupa dan membentuk sebuah lembah (pada abad ke-20).
Gambar di atas adalah gambar yang dibuat Juan Gomez de Transmonte. Gambar tersebut dibuat satu tahun sebelum datang bencana banjir besar yang melanda Mexico City. Antara tahun 1629 dan 1633 terjadi banjir besar yang menewaskan 30 ribu penduduk.
Namun, sebenarnya persoalan kota Mexico City bukanlah melulu pada air dan banjir. Ada hal lain yang juga penting, bahkan sangat penting, bagi kelanjutan kehidupan penduduk di kota itu pada masa yang akan datang, yaitu gempa bumi. Alejandro Giuliano pernah berkomentar tentang hal ini, setelah terjadi gempa tanggal 19 September 2017.
Dia mengatakan bahwa kota Mexico City dibangun di atas danau tua Tenochtitlan dan daerah itu mengandung sejenis tanah liat yang tersendiri, yang ketika terjadi gempa akan menghasilkan gerakan yang lebih intens. Paduan antara jenis tanah seperti ini dan konstruksi bangunan yang rentan akan menambah kerusakan ketika terjadi gempa.
Dalam kesempatan lain, Victor Cruz, seorang profesor geofisika, pernah menjelaskan masalah kota Mexico City mengenai dampak akibat gempa. Saat ini sebagian kota Mexico City berada di lapisan pasir dan lumpur, sudah masuk sedalam 91 meter di bawah permukaan danau. Lapisan tanah yang mengandung pasir dan lumpur yang berair ini membuat Mexico City rentan terhadap gempa dan masalah lainnya.