Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Modern Love x Conventional Love

14 Februari 2016   12:57 Diperbarui: 14 Februari 2016   15:36 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Belakangan ini saya sering berpikir, apakah media sosial menjadi salah satu medium akan adanya teori mengenai modern love? semakin banyaknya situs kencan online yang saya sendiri notabene mantan penggunanya, membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan 'cinta'. Padahal definisi 'cinta' yang teraugmentasi dalam situs kencan online ini sebagian besar rancu.

Mengapa rancu? Karena belum tentu semua pengguna mendefinisikan 'cinta' dalam sebuah ideologi yang sama. Karenanya dulu ketika menggunakannya, saya menguraikan apa yang ingin saya cari dengan menjadi salah satu pengguna situs tersebut, yang saya tuliskan dalam bio saya. Misal, saat itu saya ingin mencari pasangan atau teman mengobrol, saya akan menuliskan dengan jelas apa yang saya mau agar, tidak adanya kerancuan ke depannya. Apakah modern love dimulai pada fase ini?

Sejujurnya saya juga tidak tahu persis bagaimana mendefinisikan modern love dengan jelas, karena tidak ada teori pasti mengenai hal tersebut. Suatu-waktu saya pernah membaca dalam sebuah artikel digital di mana sang penulis menggambarkankan bahwa modern love bisa dikatakan ekuivalen dari belanja secara online, mengapa demikian? Karena kita dibebaskan untuk memilih apa yang kita kehendaki dan sukai atau sebaliknya, dalam rentang waktu yang bisa dibilang cukup singkat, kita mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut.

Tidak ada yang salah dengan mendefinisikan bahwa modern love adalah ekuivalen dari belanja secara online karena memang itu kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini. Tapi ada sebuah poin pengiasan di mana saya merasa hal tersebut menggangu pikiran saya mengenai definisi modern love yang bertuliskan "Kita seakan-akan berkomitmen untuk menyerah kepada seseorang dan bertendensi untuk mencari yang lebih baik dari yang kita miliki sekarang."

Godsake! Semudah itukah menyingkirkan kehadiran seseorang dalam kehidupan kita, jika seseorang tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi kita pada awal hubungan? Some say that eat the fish, leave the bones. We're always seeking for a perfect love, which one is the most suitable for us. In point of fact, there's no such thing as perfect love that we ever dreamt. Bukankah konsep dari menjalani sebuah hubungan bersama pasangan seharusnya berada dalam 3 fokus poin yang saya yakini hingga sekarang yakni, komunikasi, kompromi dan determinasi?

Beberapa kali saya mencoba untuk mempunyai hubungan spesial dengan beberapa orang yang saya kenal dari aplikasi kencan online tersebut (tentunya dalam rentang waktu yang tidak bersamaan), salah satunya bertahan hingga setahun lebih. Setahun bukanlah waktu yang sebentar pula untuk dapat mengenal seseorang secara intim dan personal, bukan? Namun, satu inferensi yang dapat saya tarik dari gagalnya hubungan saya terdahulu.


Ya! Mereka berpegangan kepada konsep modern love yang saya rasa tidak sejalan dengan pola pikir yang saya kehendaki dalam menjalin hubungan dengan seseorang. Contoh konteks modern love yang saya bicarakan di sini adalah mengenai, dengan mudahnya seseorang menggantikan pasangannya hanya kerana tidak mau repot-repot berusaha untuk saling membantu guna menjadi individu yang terbaik untuk pasangannya. Mereka cenderung 'menyerah' dan mencoba untuk mencari seseorang yang dianggap lebih cocok dan menyenangkan dibanding dengan pasangan sebelumnya. Meninggalkan apa yang dirasa buruk untuk mendapatkan sesuatu yang dirasa lebih baik.

Satu permasalahan dengan mudahnya meruntuhkan 3 fokus poin yang saya tuliskan sebelumnya? Tidak bisakah mengkomunikasikan apa yang ingin kalian capai dalam hubungan kalian sebelum memutuskan untuk berpisah? Tidak adakah tindakan kompromi untuk suatu hal yang sulit untuk diubah pada pasangan Anda? Mengapa tidak fokus kepada sisi baik yang bisa ditunjukan oleh pasangan Anda bahwa dia benar-benar mencintai Anda? Tidak adakah determinasi bertahan untuk memperjuangkan apa yang pernah Anda sangat inginkan dahulu?

Mungkin untuk sebagian besar individu yang mengaplikasikan modern love dikehidupannya merasa, 3 fokus poin tersebut indikasi kekunoan dalam percintaan yang sudah tidak relevan jika diaplikasikan pada jaman sekarang namun, sebagian besar kita terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan atau para penganut modern love lupa untuk memperhatikan bahwa, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan individu lain untuk saling melengkapi merunut kepada Teori Hierarki Kebutuhan menurut Maslow, di mana kebutuhan manusia akan kasih sayang menempati urutan ke-tiga dari lima hierarki kebutuhan manusia. Masyarakat perkotaan jaman sekarang lebih senang akan sesuatu yang tidak mengakibatkan emotional baggage dikemudian hari. "Udah capek sama load kerjaan yang banyak, gak usah punya pasangan dulu it won't do me any harm!" begitu katanya ketus. 

Ya saya paham betul bahwa mencari jodoh tidak semudah mencari tukang gorengan dipinggir komplek rumah yang belum tentu semudah itu didapatkan saat Anda menginginkannya. Kita cenderung takut dikecewakan yang berujung menjadikan kita secara tidak langsung terprovokasi untuk enggan berkompromi dengan seseorang dalam menjalani hubungan. Tapi, percayalah, berkompromi dengan pasangan yang Anda miliki tidak semenyeramkan itu kok. 

Tanpa adanya keyakinan untuk mengaplikasikan ketiga poin tersebut, saya rasa tidak akan terciptanya sebuah hubungan yang membangun untuk kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya. Mungkin satu pihak merasa nyaman namun, pihak lain belum tentu merasa demikian. Bisa saja mereka terpaksa mengaplikasikan modern love agar bisa terus bersama dengan pasangannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun