Mohon tunggu...
Esdras Idialfero Ginting
Esdras Idialfero Ginting Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penggila Pantai

Hidup Sehat Tanpa Narkoba

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Juara, Cara Ucok/Melati Meminta Maaf

21 Oktober 2019   13:17 Diperbarui: 21 Oktober 2019   13:55 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen/Melati berpelukan usai juara. (Foto: Badminton Indonesia)

Ucok/Melati nyaris tak pernah mengangkat shuttlecock sehingga Siwei tak leluasa melancarkan smash keras seperti pertemuan-pertmuan terdahulu. Siwei/Yaqiong menyerah untuk pertama kalinya setelah sempat hampir kalah pada semifinal All England lalu.

Pada partai semifinal mereka bertemu pasangan Taiwan. Pertandingan tidak terlalu seru, Ucok/Melati menang mudah.

Barulah pada laga puncak mereka bertemu lawan yang sepadan. Sebagian pecinta bulutangkis berkelakar kemenangan Ucok/Melati di perempat final hanya untuk memuluskan langkah Wang/Huang meraih gelar juara. Apalagi rekor pertemuan mereka sangat tidak menguntungkan.

Ternyata tidak semudah itu Ferguso. Ucok/Melati banyak belajar dari kesalahan-kesalahan mereka selama ini. Keduanya mampu meredam agresivitas Wang/Huang. Sempat tertinggal akhirnya Ucok/Melati berhasil merebut set pertama dengan skor 21-18. Babak kedua giliran Wang/Huang unggul dengan skor dengan skor identik.

Nah di set penentuan, sepertinya Ucok/Melati bakal menang mudah. Skor sempat terpaut jauh sebelum akhirnya Wang/Huang merebut 11 poin secara beruntun. Untungnya saat-saat kritis itu bisa dilewati Ucok/Melati dengan merebut poin satu per satu hingga akhirnya menang 21-19.

Ucok/Melati terlihat sangat emosional meluapkan kemenangan. Ucok bahkan sempat membanting raket setelah sukses menghujamkan smash tajam dan mengenai badan Wang Yilyu yang sedang tak berada dalam posisi siap menerima serangan.

Mereka berdua lari ke pinggir lapangan dan langsung memeluk sang asisten pelatih, Nova Widianto. Nova tersenyum melihat hasil kerja keras anak didiknya yang 'nakal' itu. Nakal tapi bisa membuat bangga.

Semua suporter Indonesia dibuat lega setelah sempat sport jantung di poin-poin akhir. Sebagian bahkan sudah siap-siap menyaksikan kekalahan menyesakkan seperti sebelum-sebelumnya. Tapi untunglah kali ini berakhir dengan klimaks.

Denmark Open ini mudah-mudahan menjadi titik balik kestabilan mereka. Mereka sebenarnya tak perlu bermain luar biasa, main aman saja sudah cukup ditakuti lawan. Syaratnya kurangi error dan jangan gampang frustrasi.

Pada gelaran Indonesia Open 2019 lalu para wartawan sempat menanyakan kepada Siwei/Yaqiong tentang siapa lawan yang paling mereka waspadai, jawaban mereka ternyata Ucok/Melati! Sayangnya waktu itu Praveen/Melati tersungkur di babak pertama melawan duo Jerman yang sama sekali tak diperhitungkan.

Selamat buat Praveen/Melati, bangga dengan perjuangan kalian. Teruslah berprestasi, kiprah kalian di Tokyo 2020 sangat dinantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun