Mohon tunggu...
Esang Suspranggono
Esang Suspranggono Mohon Tunggu...

Si Jhonny yang berusaha menepati Janjinya. Berharap kisahnya bisa menginspirasi bagi lainnya. Masih belajar mencintai kopi, dan berkeyakinan suatu saat akan dapat kontrak untuk menulis tentang museum di berbagai negara.ig@janjijhonny

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Asyiknya Asia Tri ke-9 Jogjakarta

2 Oktober 2014   22:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:36 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

...Akhirnya ketemu lagi dengan event tari yang tahun lalu membuat sepanjang perjalanan pulang tidak pernah habis untuk membahas keunikannya...

Sempat mengalami kegalauan dengan siapa akan menonton acara opening, untungnya ada seorang teman yang beraliran punk namun berjiwa seni tinggi bersedia menemani. Hampir satu jam perjalanan dari arah Bantul menuju lapangan Kabupaten Sleman di mana acara diadakan. Dan sampailah saya pada sebuah Koramil di mana kami merasa tidak tahu tempat dan harus bertanya pada pak tentara setempat. Setelah mendapat petunjuk akhirnya kami tiba di tempat tujuan.

Belum telat sih ketika kami datang di lapangan Kabupaten Sleman. Masih banyak sekali kursi yang belum berpantat, walaupun acara sudah dibuka oleh penari rampak gaya. Merasa lega melihat suasana yang belum begitu ramai, mengingat informasi dari Twitter acara dimulai pukul tujuh malam. Entah harus merasa bangga atau justru malu ketika melihat acara yang sedikit molor, ini tamunya dari negeri seberang laut dan pulau lho dalam hati berkata.

...cring....cring...cring...cring diiringi lagu beraliran agak Sunda sudah membuka acara malam itu...

Menggiring para fotografer menuju ke panggung. Lonceng yang terpasang banyak di kaki penari seakan menjadi kode bagi para fotografer untuk merapat ke sekitaran area panggung. Sudah mirip di sebuah pertokoan di mall yang memberikan diskon gede, langsung membludak. Padahal sebelumnya para fotografer ini masih terpencar dan asyik menikmati ubo rampe yang disediakan panitia.

[caption id="attachment_326924" align="aligncenter" width="300" caption="Menghela nafas, penari rampak gaya"][/caption]

Para penari rampag asyik memainkan kaki-kakinya yang menimbulkan bunyi sangat menghibur. Meski ada beberapa bagian koreografinya yang monoton tetapi secara keseluruhan sangat menghibur. Bahkan saya menaruh rasa kagum kepada para penari yang tampil. Bagaimana tidak mereka membuka acara dengan tarian lebih dari 10 menit dengan beban di kaki yang cukup berat. Mungkin sepintas lonceng-lonceng kecil yang terpasang di kaki tidak terlihat berat. Tapi saya pernah mencoba memainkan lonceng tersebut yang sering dipakai para pedagang sate keliling, ternyata cukup berat karena terbuat dari kuningan. Beberapa kali pemain ini sempat mengambil nafas panjang meskipun iringan lagu pesinden terus bernyanyi. Setelah cukup beberapa lama menari kaki, satu per satu penari mulai meninggalkan panggung. Dengan satu syarat yaitu si penari harus memainkan sebuah koreo, kemudian setelah itu mereka mengenakan kembali topeng mereka lalu boleh berjalan keluar.

Asia Tri #9 Asia Tri #9 Asia Tri #9

Setelah dibuka oleh Pak Bupati Sleman, acara Asia Tri ke-9 30 September – 2 Oktober 2014 Yogyakarta resmi digelar. Sekedar informasi saja acara Asia Tri tahun ini dihadiri banyak negara seperti Jepang, Perancis, Kanada, Ukraina, Spanyol, Singapura, Malaysia serta masih banyak lagi penari-penari yang turut serta.

Satu per satu para penari malam itu tampil dengan karakteristik dan keunikannya. Dimulai dari Ms. Angela Lopez yang berasal dari Spanyol. Malam itu ia berduet dengan seorang gitaris mencoba membawakan kebudayaan asalnya. Di sesi pertama ia mencoba membawakan sebuah lagu bertemakan cinta, kesedihan. Nada petikan gitar pun memulai show-nya. Dawai-dawai gitar mengeluarkan nada yang cukup menambah dingin suasana malam itu. Aroma kesedihan juga begitu terasa terdengar di telinga.

[caption id="attachment_326926" align="aligncenter" width="300" caption="Begitu anggun Ms Angela Lopez saat membawakan tarian Flamingo"]

14122390131671349728
14122390131671349728
[/caption]

Pada penampilan yang kedua Ms Angela mencoba membawakan sebuah tarian Flamengo khas dari suku Gipsi. Petikan gitar pun mulai nge-beat. Dan gerakan meliuk, melengkung, berputar serta hentakan mewarnai panggung yang terlihat begitu sederhana. Masih bernuansa sama dengan penari rampag gaya, yaitu hentakan kaki, namun penampilan Ms Angela tidak menggunakan lonceng di kakinya. Suara dari hentakan hak sepatu Ms Angela menjadi nada baru dalam penampilannya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa usianya sudah tidak muda lagi, namun gerakannya sungguh masih enerjik. Kecepatan gerak, serta setiap gerakan yang ia mainkan menunjukkan tenaga yang luar biasa, serta memiliki keindahan. Saat berputar rok panjang serta lebar berwarna merah menambah anggun gerakannya. Apalagi ketika di beberapa koreo ia mematung, untuk menegaskan gerakannya sungguh tarian yang indah. Baru kali ini saya melihat tarian Flamingo dan itu sungguh menghibur. Jika melihat Ms Angela menari, pikiran ini langsung tertuju pada sebuah film yang diperankan Antonio Banderas, di mana ia beraksi menumpas penjahat sambil bernari dan memainkan gitarnya.

Jika tadi kami diajak berkunjung ke negeri matador, penampilan kedua membawa kami menuju negeri samurai biru. Jepang, ini yang saya tunggu penampilan para senimannya. Tahun lalu saya dibuat kagum sekagum-kagumnya dengan penampilan para seniman Jepang, backsound yang langsung mengimajinasikan dengan keadaan alam berpadu dengan tarian yang dibawakan.

Opening kali ini seniman Jepang Mr Jun Amanto mencoba membawakan sebuah tarian yang bernama Yamamba. Sebuah tarian yang mencoba mengangkat kisah kebudayaan Jepang pada abad 1200, yaitu hantu gunung Yamamba yang memiliki sifat baik seperti menolong para pendaki membawakan beban namun berupa durjana. Suara adalah salah satu ciri khas para seniman Jepang. Dan kagum itu kembali lagi di tahun ini. baru intro saja saya sudah dibuat geleng-geleng kepala. Alunan musik backsound begitu menggambarkan suasana pegunungan yang asri terdengar begitu syahdu. Ditambah dengan lampu yang memancar di pohon beringin terlihat kreatif. Para fotografer pun langsung membidikkan lensanya ke panggung. Penampilan kedua ini terlihat elegan namun sederhana.

Tarian Mr Jun begitu lemah lembutnya mengikuti irama backsound. Setiap geliat tubuhnya berpadu dengan melodi yang mengiringinya. Menurut saya apa yang digerakan tubuh Jun itu sesuai dengan alunan musik. Gerak tubuhnya yang pelan, halus serta gemulai menjadi penampilan yang asyik.Jika melihat tarian yang dibawakan Mr Jun saya jadi teringat dengan moon walk-nya Micahael Jackson. Perpindahan gerak tubuhnya begitu terlihat aksennya namun halus. Itu yang tergambar dari penampilan seniman yang memulai kariernya dari seniman jalanan. Sungguh karya seni yang benar-benar total dibawakan seniman yang sudah kondang di negerinya. Untuk penampilan kali ini saja, saya sempat melihat pengiring musik membawa banyak alat musik. Lebih dari enam alat musik yang mereka pakai untuk memunculkan suasana alam yang natural.

[caption id="attachment_326928" align="aligncenter" width="300" caption="Tarian Yamamba dibawakan Mr. Jun Amanto begitu memukau penonton"]

14122392191933739902
14122392191933739902
[/caption]

[caption id="attachment_326930" align="aligncenter" width="300" caption="Penampilan menarik Era Dance Performance dari Singapura turut memeriahkan acara Asia Tri ke - 9 "]

14122394471931538901
14122394471931538901
[/caption]

Seni itu....Tari itu.....

..Semakin malam acara menjadi lebih hangat dibandingkan dengan udara malam itu. Namun sayang mata saya tidak bisa berkompromi lagi dengan keadaan....

Sebenarnya masih banyak lagi penampilan luar biasa dari para seniman. Masih sempat sih menyaksikan penampilan seniman lokal, kemudian seniman dari Singapura serta Jepang. Apa yang disuguhkan di panggung yang hanya berhiaskan lampu mampu malam itu, berhasil memukau para penonton. Mungkin ketika orang mendengar kata tari yang terbayangkan adalah bosan, dan itu-itu saja. Namun ini Asia Tri, sebuah event tari internasional yang sudah 9 kali diadakan yang selalu membekas keindahan dan keunikannya. Inilah yang saya suka dari Jogja. Event budaya yang tidak pernah kehabisan daya kreativitasnya yang senantisa mendidik masyarakat. Seperti tari, di mana dalam setiap gerakannya mengajarkan kelembutan. Tidak hanya itu saja tari yang yang dibawakan selalu memiliki nilai sejarah. Yang membuat orang selalu mengingat jati dirinya, bahwa ia memiliki budaya yang agung dan harus dipertahankan.

Bagi anda yang penasaran dengan Asia Tri, anda masih memiliki kesempatan untuk mengabadikan momentya pada hari terakhir 2 Oktober di Rumah Petruk Kaliurang Sleman Yogyakarta.

....seni itu asyik...seni itu kreatif....seni itu menarik.....seni itu hidup....dan seni itu mendidik...Sampai jumpa salam budaya...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun