Mohon tunggu...
Erwin Ma
Erwin Ma Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Leadershub Sulsel

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 47: Ayat 7)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Senyum yang Kembali

27 Juni 2020   10:29 Diperbarui: 27 Juni 2020   10:28 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di teras kesayangan itu, nampak seorang wanita cantik nan aduhai memandang ke arah pohon Angsana, memperhatikan secara seksama sepasang burung merpati bercanda ria, mempukuk cinta dan kasih sayang diantara mereka.

Minah nama wanita cantik itu, usianya sekarang menginjak 23 tahun. Tak ada yang menyangka, dia sekarang bersatus janda setelah suaminya yang sakit-sakitan meninggal dunia. Kabar duka itu nampaknya menjadi berita gembira untuk para lelaki di kampung itu, mereka punya kesempatan untuk memperistri Minah.

Sepuluh tahun sudah sejak pernikahannya bersama Almahrum. Dia menikah di usia 13 tahun setelah tamat di sekolah dasar. Karena ketaatan kepada orangtuanya, ia rela menikah muda dengan seorang pria tua yang tak lain adalah sepupu jauh ayahnya  yang berusia 35 tahun lebih tua dibandingnya. Keputusan Ayahnya yang seorang Imam di kampungnya, tak lain karena ingin menjaga anaknya dari fitnah.

Minah mengaku tak pernah sekalipun disentuh suaminya selama sepuluh tahun pernikahan, ia selalu menolak dengan alasan belum siap.

Kini diusianya yang mulai matang, Minah belum juga membuka hati untuk lelaki yang berniat memperistrinya.

Beberapa lelaki telah datang ke rumah Ayahnya dengan maksud melamar Minah. Lelaki itu datang dari latarbelakang yang berbeda-beda. Ada dari kalangan pengusaha dan konglomerat, seorang anggota polisi dan tentara. Adapula lelaki yang berniat menjadikannya istri kedua. Tak tinggal diam para petani juga mengajukan anak lelakinya untuk menjadi suami Minah. Tapi tak satupun yang beruntung.

Ayah Minah, kini menyerahkan secara penuh keputusan kepadanya.

"Ayah merasa bersalah telah memaksamu menikah, sepuluh tahun kau menjalani bahtera rumah tangga tanpa cinta dan kebahagiaan, sekarang kau sudah dewasa, pilihlah hidupmu sendiri.. Nak" ucap ayah Minah dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak!. Semua ini sudah menjadi takdirku yah.. dan aku pasrah akan hal itu, yang terpenting sekarang bagaimana menemukan kebahagiaanku dan menjalaninya."

Kabar menjandanya Minah tak hanya sampai di telinga orang sekampung ataupun kampung sebelah, tapi juga sampai ditelinga seorang pemuda yang tinggal di tanah Kalimantan, namanya Nasir, dia sebelumnya juga tinggal di Sulawesi, sekampung dengan Minah dan sempat menjalani cinta monyet sewaktu kelas 6 SD. Dia pindah ke Kalimantan ketika SMA, ia dipanggil oleh pamannya yang seorang pengusaha batu bara untuk sekolah disana sambil bekerja. Berkat kegigihannya belajar, ia mendapat beasiswa S1 Teknik Pertambangan disalah satu Perguruan Tinggi di Kalimantan. Ketika kuliah ia mengelola salah satu tambang milik pamannya, hingga berhasil membuka tambang sendiri sebelum lulus kuliah. Ia bermaksud pulang menemui orangtuanya di kampung dan membawanya ke Kalimantan.


Ditepian sungai itu, pohon dengan batang besar menjulang pernah menjadi saksi ketika Nasir masih kecil sering bermain bersama teman-temannya termasuk Minah.
Nasir berdiri tegak disana menikmati aliran sungai dan hembusan angin, sejenak bernostalgia.
"Nasir!"
Suara itu seketika menghamburkan lamunan Nasir.
"Minah! Kaukah itu? Tanya Nasir tidak percaya.
"Ini aku.. Minah" ucap Minah dengan senyum tipisnya mencoba meyakinkan.
"Bagaimana kabarmu Minah?"
"Hmm.. aku baik, Nasir sendiri bagaimana kabarnya? Aku dengar kau telah lulus kuliah? Tanya Minah sambil melemparkan senyum yang lama tak terlihat di wajahnya.
"Alhamdulillah.. aku telah lulus kuliah dan kabarku baik, " jawab Nasir
"Alhamdulillah... kalau begitu Minah pulang dulu" ucap Minah sembari beranjak dari sana.


Sebenarnya Nasir ingin bertanya mengenai kabar, bahwa ia telah berstatus janda, namun ia mencoba menjaga perasaan Minah dan memilih menanyakan ke Ibu Nasir.
"Ibu... aku dengar suaminya Minah meninggal" tanya Nasir ke Ibunya.
"Betul nak... 4 bulan yang lalu, suaminya meninggal karena sakit"
"Ibu.., aku bermaksud baik mempersunting Minah sebagai istriku, apakah ibu setuju?
"Jika memang itu pilihanmu.. nak, ibu setuju saja"
Pagi itu, dengan baju pilihan ibunya, Nasir bersama Ayahnya berkunjung ke rumah orangtua Minah.


Didepan kedua orangtua Minah, ayah Nasir yang mewakilinya, menyampaikan maksud kedatangannya. Nasir hanya tersenyum dan tersipu malu ketika kedua orangtua Minah menatapnya dengan senyuman.
"Sebelumnya saya akan tanyakan ke Minahnya langsung, biar dia yang memilih" ucap ayah Minah dengan memberi isyarat ke istrinya agar menemui Minah.
Biasanya jika Minah menolak lamaran laki-laki, hanya ibunya yang keluar menyampaikan jawaban Minah. Tapi tidak dengan lamaran Nasir, Minah dan Ibunya keluar bersama.
"Nak.. silakan jawab sendiri, mengenai lamaran nak Nasir!" Ucap ayah Minah mempersilahkan.
"Sebelumnya, Minah minta maaf dan ingir bertanya satu hal, Minah ini seorang janda dan hanya lulusan SD, apakah Daeng Nasir serius ke Minah?" Tanya Minah sambil menunduk.
"Minah, kau adalah wanita baik yang kukenal setelah Ibuku, dan aku serius akan hal itu, jikapun kau menggelengkan hati detik ini, aku tidak masalah" jawab Nasir.
Beberapa saat Minah hanya menunduk, tiba-tiba menaikkan kepalanya menatap Nasir dengan senyuman dan mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata "Aku bersedia"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun