Ditepian sungai itu, pohon dengan batang besar menjulang pernah menjadi saksi ketika Nasir masih kecil sering bermain bersama teman-temannya termasuk Minah.
Nasir berdiri tegak disana menikmati aliran sungai dan hembusan angin, sejenak bernostalgia.
"Nasir!"
Suara itu seketika menghamburkan lamunan Nasir.
"Minah! Kaukah itu? Tanya Nasir tidak percaya.
"Ini aku.. Minah" ucap Minah dengan senyum tipisnya mencoba meyakinkan.
"Bagaimana kabarmu Minah?"
"Hmm.. aku baik, Nasir sendiri bagaimana kabarnya? Aku dengar kau telah lulus kuliah? Tanya Minah sambil melemparkan senyum yang lama tak terlihat di wajahnya.
"Alhamdulillah.. aku telah lulus kuliah dan kabarku baik, " jawab Nasir
"Alhamdulillah... kalau begitu Minah pulang dulu" ucap Minah sembari beranjak dari sana.
Sebenarnya Nasir ingin bertanya mengenai kabar, bahwa ia telah berstatus janda, namun ia mencoba menjaga perasaan Minah dan memilih menanyakan ke Ibu Nasir.
"Ibu... aku dengar suaminya Minah meninggal" tanya Nasir ke Ibunya.
"Betul nak... 4 bulan yang lalu, suaminya meninggal karena sakit"
"Ibu.., aku bermaksud baik mempersunting Minah sebagai istriku, apakah ibu setuju?
"Jika memang itu pilihanmu.. nak, ibu setuju saja"
Pagi itu, dengan baju pilihan ibunya, Nasir bersama Ayahnya berkunjung ke rumah orangtua Minah.
Didepan kedua orangtua Minah, ayah Nasir yang mewakilinya, menyampaikan maksud kedatangannya. Nasir hanya tersenyum dan tersipu malu ketika kedua orangtua Minah menatapnya dengan senyuman.
"Sebelumnya saya akan tanyakan ke Minahnya langsung, biar dia yang memilih" ucap ayah Minah dengan memberi isyarat ke istrinya agar menemui Minah.
Biasanya jika Minah menolak lamaran laki-laki, hanya ibunya yang keluar menyampaikan jawaban Minah. Tapi tidak dengan lamaran Nasir, Minah dan Ibunya keluar bersama.
"Nak.. silakan jawab sendiri, mengenai lamaran nak Nasir!" Ucap ayah Minah mempersilahkan.
"Sebelumnya, Minah minta maaf dan ingir bertanya satu hal, Minah ini seorang janda dan hanya lulusan SD, apakah Daeng Nasir serius ke Minah?" Tanya Minah sambil menunduk.
"Minah, kau adalah wanita baik yang kukenal setelah Ibuku, dan aku serius akan hal itu, jikapun kau menggelengkan hati detik ini, aku tidak masalah" jawab Nasir.
Beberapa saat Minah hanya menunduk, tiba-tiba menaikkan kepalanya menatap Nasir dengan senyuman dan mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata "Aku bersedia"