Ruh: Mesin Penyimpan Memori Lampau
Pernahkah anda merasa akrab dengan tempat yang belum pernah kau kunjungi? Atau bertemu seseorang yang baru saja kenal, namun rasanya seperti bertemu kembali?
Apakah itu hanya kebetulan? Ataukah sebuah fragmen dari masa lalu yang ingin kembali menyapa?
Kita hidup di dunia yang sibuk menyembah logika. Namun jauh di dalam diri, ada bagian dari kita yang lebih tua dari umur tubuh ini. Lebih dalam dari kata-kata. Lebih tajam dari ingatan otak.
Itulah Ruh: Mesin penyimpan seluruh ingatan kehidupan kita--- bahkan sebelum kita disebut "aku".
Ruh bukan hanya cahaya suci dari Tuhan. Ia juga pustaka rahasia yang merekam seluruh peristiwa perjalanan jiwa kita--- dari kelahiran ke kelahiran, dari tangisan bayi hingga jeritan ajal, Â dari wujud manusia hingga makhluk tak Bernama.
Setiap luka yang belum disadari, setiap cinta yang belum tuntas, setiap janji yang belum ditepati. Semua tersimpan rapi dalam arsip ruhani.
Banyak yang bertanya, "Kalau kita benar-benar pernah hidup di kehidupan lampau, mengapa kita tidak bisa mengingatnya?" Jawabannya sederhana: Karena kita tidak hidup dalam Ruh, kita hidup dalam Jiwa. Dan jiwa, sebagaimana embun pagi, mudah menguap, mudah lupa.
Saat lahir, kita seperti mengganti hardware. Tubuh baru. Otak baru. Identitas baru. Namun file-file lama tetap tersimpan di dalam "server utama" yang bernama Ruh.
Dan sesekali, jika sunyi cukup dalam, jika batin cukup hening, muncullah kilatan memori itu: Dalam mimpi, dalam meditasi, dalam dejavu yang tak bisa dijelaskan...