Mohon tunggu...
Erviana Putri Apriliany
Erviana Putri Apriliany Mohon Tunggu... MAHASISWA FEB UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

Hobi membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

FOMO, antara Bumerang atau Peluang Finansial

11 September 2025   19:40 Diperbarui: 11 September 2025   19:49 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Akhir-akhir ini, istilah FOMO (Fear of Missing Out) kian populer di kalangan generasi muda. Apalagi di era digitalisasi, media sosial menjadi etalase virtual tanpa batas yang sering kali memicu FOMO. Bukan lagi sekadar cemas ketinggalan tren atau investasi yang sedang booming, FOMO juga menjadi isu sosial dan ekonomi yang memengaruhi pola konsumsi dan cara mengambil keputusan finansial generasi muda. Sekarang, yang menjadi pertanyaannya, apakah FOMO ini dapat menjadi sebuah kesempatan emas atau malah bumerang yang akan mengancam keseimbangan finansial mereka?

Ketika FOMO Menjadi Bumerang

FOMO menyimpan ancaman yang dapat menjadi bumerang dalam kehidupan generasi muda. Parahnya, tindakan semacam ini biasanya disebabkan hanya karena keinginan untuk memperoleh validasi saja. Rasa untuk "tidak ketinggalan" membuat generasi muda terburu-buru dalam mengambil keputusan, misalnya tanpa melakukan riset mereka memulai bisnis atau investasi pada tren yang tidak mereka pahami, atau membeli barang mahal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini akan memicu mereka berperilaku konsumtif irasional dan menghabiskan tabungan atau bahkan sampai berutang hingga berujung pada kesulitan finansial dan tidak fokus pada keuangan jangka panjang. FOMO juga dapat memicu generasi muda kehilangan identitas asli mereka akibat menekan minat demi menyesuaikan diri dengan apa yang dilihat di media sosial. Tekanan ini akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kecemasan, stres, hingga depresi.

Ketika FOMO Menjadi Peluang

FOMO yang disikapi dengan bijak justru dapat menjadi katalisator pasar yang produktif. Ketika sebuah produk viral, FOMO membuat ledakan permintaan luar biasa sehingga mendorong pertumbuhan omzet dan mencapai keuntungan maksimal. Selain itu, perasaan tidak ingin tertinggal yang diarahkan ke hal positif misalnya, dalam hal mengeksplorasi terkait informasi dan keterampilan baru terkait pembelajaran dapat menjadi peluang generasi muda untuk terus termotivasi dalam mengembangkan diri mereka. Hal ini dapat mendorong mereka keluar dari zona nyaman yang membuka kesempatan untuk memperluas jaringan yang cocok untuk mengembangkan kepribadian sekaligus profesionalitas mereka. FOMO juga menjadikan tren investasi saham mulai dilirik anak muda yang awalnya sekadar ikut-ikutan, mulai mendalami literasi finansial serta menganalisis pasar yang membuat mereka lebih cerdas dalam membuat keputusan investasi.

 

Mengendalikan FOMO Secara Cerdas

Dilihat dari kedua sisi tersebut, FOMO bukan hanya menyangkut masalah pribadi, namun juga tantangan ekonomi serius bagi generasi muda. Kesadaran dan literasi finansial yang kuat dibutuhkan untuk mengubah dari bumerang menjadi kesempatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melindungi diri dari tekanan yang tidak perlu. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai strategi untuk mengendalikan FOMO:

  • Membatasi penggunaan media sosial dengan menyadari bahwa apa yang ditampilkan di media sosial apalagi yang sampai memicu perbandingan tidak sehat bukanlah gambaran utuh kehidupan yang harus dijadikan standar. Ikuti akun yang memberi dampak positif misalnya edukasi, hobi, atau motivasi.
  • Membuat anggaran keuangan secara tepat. Kita harus mampu mengetahui apa yang benar-benar penting dan menjadi kebutuhan. Alokasikan dana untuk hal yang benar-benar berharga dan memantau pengeluaran secara cermat serta fokus tujuan jangka panjang.
  • Bergabung dengan orang-orang yang memiliki finansial misi yang sama.
  • Mulai fokus pada diri sendiri dengan membuat daftar hal yang ingin dicapai. Menulis hal apa saja yang disukai dan ingin dicapai, akan mengurangi rasa untuk membandingkan diri dengan orang lain sehingga bisa lebih menghargai pencapaian diri sendiri dan menghilangkan kecemasan yang tidak diperlukan.

Jadi pada dasarnya, FOMO memiliki sisi gelap dan terang. FOMO dapat menjadi inovasi serta pertumbuhan ekonomi atau juga dapat menjadi penghancur keseimbangan finansial setiap individu. Paham akan kompleksitas hubungan ini merupakan langkah pertama memastikan generasi muda dapat mengendalikan keuangan mereka tanpa dikendalikan tren yang merugikan. Dengan demikian, maka FOMO dapat menjadi kekuatan untuk meraih kesuksesan finansial dan bukan bumerang berujung penyesalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun