Mohon tunggu...
Irfaan Sanoesi
Irfaan Sanoesi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar seumur hidup

Senang corat-coret siapa tahu nama jadi awet

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Perekat Itu Bernama Bulutangkis

18 Juni 2017   05:58 Diperbarui: 18 Juni 2017   06:11 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Apa yang bisa merekatkan tiap lapisan masyarakat mulai dari elit hingga akar rumput? Olahraga. Olahraga menjadi bahasa universal membangkitkan gairah nasionalisme di tengah polarisasi politik identitas yang kian hari kian membeku. Masalahnya, olahraga apa yang bisa merekatkan itu?

Tak bisa disangkal, sepokbola masih menjadi primadona rakyat Indonesia dengan tingkat fanatisme yang sangat tinggi. Sayang fanatisme suporter Indonesia berbanding terbalik dengan prestasi PSSI yang nihil. Biasanya kerinduan rakyat Indonesia terhadap prestasi olahraga sedikit terobati dengan cabang olahraga lain yang sering meraih prestasi mentereng di dunia internasional. Apa itu? Bulutangkis.

Sejarah mencatat, bulutangkis Indonesia syarat dengan raihan prestasi level bergengsi di berbagai tingkat generasi. Sepuluh jari ini masih kurang untuk menyebutkan legenda bulutangkis yang hidup maupun yang telah tiada. Kita sepakat bahwa cabang olahraga bulutangkislah yang rutin mengharumkan nama baik bangsa di berbagai perhelatan turnamen yang diselenggarakan oleh BWF (Badminton World Federation). Tak ayal Indonesia dikategorikan sebagai negara adidaya bulutangkis dunia bersama lima negara lain (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Jepang dan Denmark) yang sering menjadi rival tim PBSI.

Namun dalam satu dekade terakhir, kepercayaan publik terhadap PBSI mulai tergerus. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari minimnya prestasi yang diraih para atlet PBSI. Namun sangat tidak fair jika pecinta bulutangkis Indonesia menyalahkan seretnya prestasi bulutangkis ke kepengurusan PBSI yang belum genap mengurus satu tahun ini. Apalagi jika menghakimi PBSI dari keterwakilan atlet Indonesia di Indonesia Open. Sejauh ini tiga wakil Indonesia masuk ke semi final dari ganda campuran (Owi/Butet), ganda putra (Fajar Alfian/M. Rian Ardianto)  dan ganda putri (Anggia Shita/Ni Ketut Mahadewi). Saya yakin, dari ketiga wakil Indonesia tersebut, nama Owi/Butet merupakan nama yang familiar di telinga pecinta bulutangkis Indonesia. Peraih medali emas Olimpiade Brasil ini sukses masuk semi-final di tengah kondisi Butet yang mengalami cedera lutut.

Karena itu, hal yang memberikan angin segar dari kepengurusan Wiranto adalah diberikan jam terbang lebih bagi para atlet muda berkisar di usia 18-26 tahun. Dua wakil di ganda putra dan putri adalah bukti mutakhir bahwa para atlet muda menjadi prioritas kepengurusan PBSI di bawah komando Wiranto. Bahkan atlet muda lain sudah mebuktikan diri dengan meraih gelar bagi Indonesia. Pasangan Markus Gideon dan Kevin Sanjaya salah satunya. Mereka meraih gelar All England, India Open dan Malaysia Open SSP dan sempat menjadi peringkat pertama di sektor ganda putra dunia sebelum akhirnya digeser oleh pasangan Denmark yang akan menjadi lawan pasangan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto di semifinal Indonesia Open.

Saya kira, yang harus dilakukan pecinta bulutangkis sekarang adalah bersabar. Jangan membiasakan diri ingin sesuatu serba instan dan cepat. Pembenahan bulu tangkis dan PBSI tidak semudah menggerakkan jari untuk update (posting) status di berbagai linimasa. Berikan kepercayaan dan dukungan terhadap para atlet dan pengurus PBSI untuk terus memperbaiki dan berbenah diri serta mempertahankan hal-hal yang baik dari kepengurusan sebelumnya. Apapun hasil dari turnamen yang menawarkan hadiah satu juta dolar AS ini tidak bisa menjadi tolak ukur untuk menghakimi kepengurusan PBSI 2016-2020. Kita hanya bisa berharap dan percaya terhadap PBSI dapat mengembalikan kejayaan yang pernah diraih Indonesia di cabang olahraga bulutangkis yang mendunia dan meng-Indonesia. Meng-Indonesia karena disadari atau tidak, bulutangkis sudah sejak lama menjadi pemersatu dan perekat perbedaan lapisan masyarakat Indonesia yang heterogen dan beragam. Semoga pasangan ganda campuran yang menjadi wakil Indonesia satu-satunya  di laga final dan menjadi juara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun