Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Tetangga

20 Juni 2022   23:59 Diperbarui: 21 Juni 2022   00:13 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jadi kalo ada yang buang itu bangke di gerobak, boleh?"Sengit asistennya menanyakan.

Teman tetanggaku tidak mau menjawab. Sebab kuatir jawabannya ini didengar oleh pemilik warung, dan orang-orang lain yang sedang ada di warung kopi ini.

Tapi karena bicara mereka saling berbantahan, terdengar juga, meski soal buang bangke tidak ada penyelesaian. Sebab selama ini mereka tidak punya pengalaman ada warga yang berani menaruhnya di gerobak sampah itu.

***

Satu jam kemudian, mereka kembali pada gerobak. Ketika bersiap hendak membawanya, bau bangke menyengat hidung mereka. Asistennya kemudian memeriksa. Ternyata ada satu anak tikus di atas terpal gerobak itu.

 "Hmm berarti warga itu."Sangka pembawa gerobak.

"Belum tentu juga."

"Kalo bukan dia siapa?"

"Ya mana tau."Balas asistennya enteng.

"Namanya juga sampah. Bawa aja dah!"

"Bangke!"Timpal asistennya kesal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun