Paling tidak ia akan memberi kejutan dengan kedatangannya, sekaligus sedikit cinderamata berupa gelang emas yang ia cicil membelinya dari si Las, pekerja administrasi di kantornya, hingga lunas. Sumi pikirnya akan senang, dan ia akan bilang langsung padanya untuk menjadikan Sumi, istrinya.
Harapannya sudah melambung. Truk yang dijalankan seperti melayang. Sepanjang jalan yang dilalui di kiri kanannya tampak pemandangan yang indah. Padahal bila orang normal yang berada di jalan ini keadaannya panas, gersang dan berdebu. Tapi begitulah situasi pikiran, dan hati  si Gar.
Tidak berapa lama kiriman pun sampai dengan selamat. Usai itu truk diarahkan ke tujuan yang sudah direncanakan, yakni warung Sumi. Rupanya benar adanya, deretan warung sudah tidak banyak lagi seperti dulu. Ia sebentar ragu, tapi setelah dikemudikan secara perlahan tampak di dekat lapak tambal ban, ia mengenali warung yang dulu selalu disinggahinya.
"Tidak salah, itu warungnya,"pikir Gar senang.
Hatinya berbunga. Gelang yang sudah disiapkan di dalam kotak diperiksanya ulang. Di balik kemudi ia sisir rambutnya. Ia sempatkan juga mengganti pakaian yang dikenakan dengan kemeja. Pendek kata Gar meski rada bulat tubuhnya tetap gaya penampilannya saat ini.
Kemudian ia turun, dan melangkah ke warung yang sudah direnovasi itu. Sumi dilihatnya dari jarak yang tidak jauh sedang melayani pembeli. Ia semakin senang, orang yang akan ditemui memang masih ada. Gar pun masuk ke warung makan yang tidak terlalu luas ini.
Demi melihat Gar, Sumi senang. Pelanggan yang dulu rutin datang, kini jumpa lagi. Artinya pendapatan warung akan naik, sehingga usahanya ini bisa tetap stabil. Â Gar pun demikian. Rasa senangnya dipamerkan saat itu juga, sekaligus memberikan kotak kecil berisi gelang emas pada Sumi, tanpa basa basi.
"Ini hadiah dari saya, Sum,"kata Gar cengengesan.
"Ih abang udah lama tidak mampir. Sekali mampir kasih hadiah. Terima kasih ya, Bang. Saya terima dengan senang hati hadiahnya,"balas Sumi senang.
Sumi pun menyediakan masakan yang biasa dipesan Gar, dan berbincang seperlunya. Keakraban mereka tidak pudar meski sekian lama tidak bersua. Namun tatkala Sumi sampai mengisahkan dirinya sedang hamil tiga bulan, selera makan Gar terhenti seketika. Tapi Sumi tidak menyadari.
Gar lalu perhatikan perubahan wajah, dan tubuh Sumi yang memang menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Â Ia kemudian mendekat pada Sumi untuk memastikan.