Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jakob Oetama, Wartawan Tiga Zaman

9 September 2020   23:31 Diperbarui: 10 September 2020   22:20 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakob Oetama, Wartawan Tiga Zaman

Berita duka selimuti kalangan jurnalis Indonesia. Jakob Oetama, wartawan senior telah dipanggil Yang Maha Kuasa.  Jejak kepiawaiannya dalam mendistribusikan karya tulis jurnalistik sudah menyebar ke seantero negeri.

Terbukti harian cetak KOMPAS masih dibaca hingga kini. Selain media online maupun TV yang melengkapi perjalanan zaman di dunia pemberitaan.

Sebagai seorang wartawan, Jo sudah khatam memahami tiap fenomena yang sedang terjadi dan berkembang di negeri ini. Mulai dari soal politik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan keamanan, luar negeri, dan seterusnya.

Peristiwa yang bakal diketahui publik tidak perlu lama diterima. Koran harian KOMPAS ketika itu menjadi rujukan semua stakeholder di dalam mengambil suatu kebijakan. Baik yang bersifat lokal, maupun nasional.

Bahkan bagi koran mingguan, atau majalah, atau bahkan media elektronik KOMPAS selalu dijadikan referensi awal untuk mengetahui lebih jauh berita yang beredar dan diwartakan.Karena koran ini harian. Karenanya bagi koran atau majalah yang sifatnya mingguan, dan majalah dwi mingguan isu yang diberitakan itu di dalami, kemudian digali lebih dalam lagi.

Penulis sempat menjadi wartawan di beberapa majalah mingguan, dan kadang menjadikan isu yang tengah hit  di zaman itu memilih KOMPAS sebagai rujukan. Setidaknya berita yang beberapa baris saja itu bisa dikembangkan, lewat pengamatan, dan pendapat narasumber yang kompeten.

Ketajaman isi berita KOMPAS sangat bernas. Baris kalimat yang ditata dalam mengulas suatu isu tidak bombastis, apalagi tendensius. Semua serba berimbang. Tentu tangan dingin dari senior mereka yang telah memberi warna, dan nilai tersendiri dari koran ini.  Terutama di bawah maestro jurnalistik Indonesia, Jakob Oetama.

Wartawan senior ini sudah meniti jalan sejak masa orde lama, orde baru, hingga reformasi sekarang. Bagaimana pahitnya perjalanan menjadi seorang wartawan tunai dirampungkan. Ia bisa survive oleh situasi yang sifatnya menekan oleh rezim ketika itu. Bahkan hebatnya terus membesar dan disegani sampai sekarang.

Tentu kalangan insan pers sangat kehilangan.

Selamat jalan pak Jakob Oetama. Namamu tetap terpatri sebagai teladan dunia jurnalistik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun