Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pak Sinar

2 Oktober 2019   23:35 Diperbarui: 3 Oktober 2019   10:37 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap 17 Agustus di republik ini selalu meriah. Kemeriahan itu bukan hanya di Istana Merdeka tapi juga di pelosok-pelosok daerah. Rakyat menyambut gembira hari kemerdekaan ini. Kegembiraan masyarakat ini ditumpahkan melalui aneka kegiatan lomba, baik lomba yang bersifat individual maupun kelompok. Semua orang, baik tua maupun muda, perempuan dan lelaki, tokoh masyarakat atau pun tokoh biasa terlibat langsung menjadi peserta lomba.

Ada balap karung, sepak bola, gigit uang di pepaya yang diolesi coklat, makan kerupuk, adu jalan bakiak, juga memasukkan paku ke botol, pukul kendi, panjat pinang dan lain-lain. Bahkan lomba yang paling seru dan meriah itu tatkala tokoh masyarakat, seperti pak Sinar ini turut serta ambil bagian. Salahsatunya yang ia ikuti, yakni lomba memasukan paku ke dalam botol yang jika paku telah masuk, maka mesti dibawa lari menuju garis yang ditentukan panitia, saling mengejar dengan peserta lainnya.

Pak Sinar yang pendek, gemuk dan besar itu tampak susah payah menghadapi lawannya yang semuanya anak-anak usia sekolah dasar. Mulai dari berlari di garis yang ditentukan sepanjang 10 meter menuju botol yang berjajar sebanyak lima buah di garis yang ditujunya itu.

Penonton gembira melihat aksi pak Sinar. Larinya lucu dan tertinggal. Tapi teknik memasukkan pakunya tidak kalah dengan anak-anak. Namun pas paku akan dimasukkan ke dalam botol, pantat dan tubuhnya kesulitan untuk turun. Soalnya paku diletakkan di belakang pantatnya.

Berulang kali ia gerakkan pantatnya untuk turun tapi tak mau turun juga. Beban tubuhnya terasa berat untuk mengikuti gerakan yang diinginkan. Padahal anak-anak lain sudah selesai sejak dari tadi.

Saking semangatnya ia tidak tahu. Tapi terus saja konsentrasi memasukkan paku itu dan kepalanya terus menghadap ke bawah melihat dari balik selangkangannya. Tapi penglihatannya seolah tertutup oleh besar tubuhnya itu. Penonton dan anak-anak terus memberikan dukungan. Hingga akhirnya ia pingsan kelelahan.


Penonton, anak-anak dan masyarakat buyar dan panik. Tokoh masyarakat peserta lomba 17-an pingsan di arena lomba yang berada di jalan. Semua panik mencoba membuatnya siuman. Segala macam minyak yang baunya menyengat diolesi di hidungnya. Kepalanya digosok-gosok. Kakinya dipijit-pijit. Pipinya ditepuk-tepuk. Kutil kecil dijidatnya ditarik-tarik. Orang-orang mulai kurang ajar terhadap tubuhnya. Tapi mujarab. Pak Sinar akhirnya siuman.

"Saya di rumah sakit mana ini?"Katanya lemas.

"Hehehe, bapak di tengah jalan!"serempak warga menjawab, riuh.

Dan ia pun bangkit sendiri, dibantu masyarakat untuk berdiri.

Katanya, "saya tahu saya pingsan tapi kenapa tidak ada yang membawa saya ke rumah sakit?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun