Mohon tunggu...
Agustina Elda
Agustina Elda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gaya Hidup "Pamer" Ada Negatifnya, Jika...

29 Desember 2017   17:20 Diperbarui: 29 Desember 2017   19:19 2625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahasia-rahasia ruang pribadi meliputi tingkah laku, kebiasaan, gaya hidup, seks, tubuh kini di ruang publik media menjadi milik massa, inilah yang disebut oleh Baudrillard sebagai hipervisibilitas, yaitu menampilkan kedalam layar segala bentuk rahasia pribadi sebagai milik publik. (Piliang, 2008: 282). Foto-foto syur yang diunggah oleh siswi tersebut sangatlah tidak pantas. Beberapa fotonya bahkan bisa dipidanakan dalam kasus konten pornografi. Namun, bukannya malu atau segera menyadari kesalahannya, siswi tersebut justru bangga karena ia telah memenangkan hati sang pria, dan tidak peduli komentar warganet perihal konten yang pernah ia bagian terdahulu. Merasa memiliki hak dalam membagikan konten di akun pribadi, pengguna Instagram akhirnya tidak dapat menyaring konten-konten apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dibagikan.

Di depan layar, warganet  tidak hanya menonton, melihat, merespons, akan tetapi dalam waktu yang besamaan, mereka sedang diawasi, dimata-matai, direkam, didata, dan diklasifikasikan oleh pihak tertentu untuk aneka kepentingan. (Piliang, 2008: 284). Sama halnya dengan "sejoli" ini, wajah dan nama dari siswi serta "pasangan selingkuhnya" sudah tersebar luas di Intenet. Bisa dikatakan, citra dari dua "sejoli" ini telah rusak. Kasus ini membuktikan bahwa telah bergesernya fungsi sosial media yang semula hanya untuk menghubungkan kerabat, sekarang justru menjadi tempat untuk bertengkar, bullying,pamer hal-hal yang tidak pantas dan tidak selaras dengan kebudayaan adat istiadat yang ada di Indonesia. Tidak sedikit masalah yang muncul di media sosial berawal dari pamer, salah satunya kasus ini.

4. Dampak dari Gaya Hidup yang Terlalu "Show Off" di Media Sosial Instagram

Masyarakat dewasa ini telah menjadikan media sosial sebagai teman hidup, khususnya instagram. Bahkan kelompok masyarakat tertentu menjadikannya sebagai kebutuhan primer dalam menjalani kehidupan. Masyarakat larut dalam sifat diskontinyu media internet yang membelah diri antara dunia virtual dan dunia realitas. Sebagian besar generasi muda telah menempatkan media sosial sebagai sebuah "panutan". 

Interaksi remaja dengan media elektronik jauh lebih sering daripada komunikasi mereka dengan orang tua atau guru mereka. Hal tersebut telah menggeserkan tradisi berkumpul di rumah bersama keluarga yang mengakibatkan terjadinya kebebasan moral yang tidak terkontrol. Lalu, penggunaan instagram dalam memenuhi hasrat pamer berakibat buruk pada keberlanjutan moral, apabila kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus tanpa adanya penyaringan (filter) dari masing-masing pengguna. Hal ini dapat dimaknai sebagai gaya hidup yang wajar sehingga menimbulkan pergeseran budaya.

Penyikapan media sosial yang tidak baik melalui gaya hidup pamer, mampu memberikan dampak negatif kejiwaan penggunanya. Karena, pada hakikatnya manusia tidak pernah merasa puas dan selalu ingin diperhatikan, dipuji, diakui, dan diapresiasi. Maka, timbul berbagai kecemasan, selalu melasa kurang, dan tidak percaya diri. Selain itu, ruang pribadi yang terlalu di ekspos ke dunia virtual, menimbulkan ancaman seperti kemungkinan untuk diretas, penganiyaan (bullying) pencurian, dan tindakan kriminal lain baik langsung maupun tidak langsung. (Piliang, 2008: 279).

SOLUSI SECARA DKV

Dalam menyikapi fenomena gaya hidup pamer di instagram, desain komunikasi visual mampu memberikan sumbangsih melalui karya desain yang berbasis non-profit. Salah satunya, dapat membuat propaganda seperti iklan layanan masyarakat yang berkonsep untuk. Mengingat fitur yang ada di Instagram sekarang ini menyediakan ruang beriklan bagi siapapun yang akan dimunculkan dalam timelinedan Insta-Story secara random. 

Video propaganda yang akan disajikan mengandung bahasan betapa kita sebagai pengguna sosial media harus cerdas dalam memilih konten apa yang pantas dan tidak pantas untuk dipamerkan terhadap publik. Misalnya, dalam sebuah video dalam dursi 30 detik, membicarakan bagaimana akibatnya jika konten tidak terlebih dahulu disaring untuk kemudian dibagikan, dengan contoh-contoh kasus yang pernah viral dan berakhir tidak baik karena gaya hidup pamer yang tidak bagus.Video dibuat semenarik mungkin seperti iklan film pendek Samsung berjudul "Bitter Love" sehingga target tertarik untuk kemudian menyaksikan dan mengingat pesan yang disampaikan.

KESIMPULAN

Menurut Adorno, kini orang "melihat dirinya sedang melihat dirinya" di dalam layar (culture if narcissism). Media sosial memang harus diakui telah menjadi faktor yang sangat menentukan kehidupan manusia dengan kemajuannya, akan tetapi selain memberikan kemajuan di bidang lain, media sosial juga memiliki dampak negatifnya dalam segi-segi tertentu, seperti munculnya hoax, terjadinya aksi bullying, aksi pamer berlebihan yang pada akhirnya merusak moral penggunanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun