Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat beragam dan rumah bagi lebih dari seperempat jenis spesies ikan laut di dunia. Lebih dari 60% terumbu karang di dunia sedang terancam hilang oleh karena aktivitas manusia. Dalam 20 tahun terakhir, terjadi maraknya fenomena pemutihan karang.Â
Pemutihan karang adalah hilangnya organisme alga simbiotik, yaitu zooxanthella, dari permukaan terumbu karang. Zooxanthella memiliki pigmen yang memberikan warna pada terumbu karang.Â
Hilangnya zooxanthella menyebabkan hilangnya warna pada terumbu karang sehingga terumbu karang menjadi berwarna putih. Fenomena ini terjadi karena kenaikan suhu laut yang ekstrem, terpaparnya sinar UV secara berlebih, atau adanya patogen dan polutan.
Tetapi, baru-baru ini, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan produk tabir surya juga berkontribusi atas terjadinya fenomena pemutihan karang. Tingginya pariwisata di daerah pesisir menyebabkan meningkatnya pula penggunaan tabir surya yang dapat membahayakan lingkungan, biota laut, dan terumbu karang disekitarnya. Tabir surya dapat larut dalam air (lipofilik) sehingga senyawanya dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme laut.
Senyawa yang terkandung di dalam produk tabir surya dapat menyebabkan hilangnya pigmen fotosintesis zooxanthella dan rusaknya integritas membran sel alga tersebut. Senyawa tersebut adalah paraben, cinnamates, benzophenones, dan senyawa turunan camphor. Penelitian juga menunjukan bahwa produk tabir surya dapat memicu infeksi virus terhadap alga simbiotik terumbu karang di laut. Senyawa tabir surya memicu terjadinya siklus litik dan lisogenik pada virus yang dapat menginfeksi sel prokariot maupun eukariot.
Nah, kalau alga-alga tersebut sudah rusak, terumbu karang jadi kehilangan warna indahnya dan sumber makanan utamanya. Kalau sudah begitu, terumbu karang jadi rentan terkena penyakit dan membuat terumbu karang dapat mati lebih cepat.
Dengan tingginya tingkat pariwisata sekarang ini, penggunaan produk tabir pun makin meningkat. Â Maka dari itu, penggunaan tabir surya harus diawasi karena dapat merusak lingkungan, biota laut, dan mengganggu kestabilan ekosistem terumbu karang. Penelitian lebih lanjut dan sosialisasi kepada masyarakat pun harus gencar dilakukan untuk menjaga keanekaragaman biota dan ekosistem laut. Gak mau kan, aktivitas seneng-seneng kamu di pantai bikin ekosistem laut jadi rusak.
Referensi
Danavaro, Roberto., dkk. 2008. "Sunscreens Cause Coral Bleaching by Promoting Viral Infections." Environmental Health Perspectives. 116(4): 441-447