Mohon tunggu...
Catatan Lepas
Catatan Lepas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023) & "Melayat Mimpi" (2023)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghadirkan Wajah Gereja bagi Para Migran

11 Januari 2022   19:21 Diperbarui: 13 Januari 2022   05:41 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan imigran asal Afrika melakukan unjuk rasa ke berbagai kedutaan besar di Tel Aviv, Israel untuk memprotes perlakuan pemerintah Israel terhadap para imigran. (JACK GUEZ/AFP via kompas.com)

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk bisa menghadirkan wajah Gereja bagi para migran, yakni perjumpaan dan pembebasan. Ia mengatakan bahwa semangat perjumpaan sangat diperlukan dalam bermisi. 

Hanya dengan bertemu, seorang dapat mengetahui banyak hal tentang para migran. Ia dapat memahami apa yang melatarbelakangi perjalanannya, bagaimana perasaannya ketika berada dalam situasi seperti ini, dan banyak hal yang akan ditemukan. 

Perjumpaan adalah langkah awal untuk dapat membangun dialog. Cara berdialog dari hati apalagi dengan para migran perempuan adalah langkah yang dapat dikatakan sangat efektif. Ia juga menyinggung pandangan Emanuel Levinas untuk menggambarkan semangat perjumpaan yang mana dengan perjumpaan seseorang akan tergerak untuk bertindak ketika melihat yang lain.

Cara yang kedua adalah memberikan pembebasan. Ia melihat bahwa kehadiran seorang misionaris bersama para migran harus melampaui tindakan amal. 

Gagasan pembebasan yang ia sampai berdasarkan anggapan bahwa kebanyakan yang melakukan migrasi adalah mereka yang mengalami situasi ketidakadilan di wilayah asalnya. Secara tidak langsung ia mau mengatakan bahwa faktor kemiskinan adalah hal yang menyebabkan terjadinya mobilitas migrasi.

Pembebasan yang ditawarkan sejalan dengan apa yang digagas oleh Gustavo Gutierrez yang mengangkat konteks kemiskinan. Misi Katolik yang dilakukan kepada para migran ini juga didukung oleh gagasan dari tokoh penting Gereja abad ke-21 seperti Paus Benediktus XVI yang mencatat dalam Caritas dalam Veritate, atau juga dalam sinode Keadilan di dunia yang menegaskan bahwa tindakan atas nama keadilan dan partisipasi dalam transformasi dunia adalah dimensi konstitutif dari pemberitaan Injil, atau, dengan kata lain, misi Gereja untuk penebusan manusia dan pembebasannya dari setiap situasi yang menindas (Gemma: 254).

Gagasan Gemma tentang percepatan laju gerakan migran tidak melenceng. Berdasarkan data, pada 2019, jumlah migran internasional di seluruh dunia mencapai hampir 272 juta, naik dari 153 juta. Pada 1990 Eropa menampung jumlah migran internasional terbesar (82 juta), diikuti oleh Amerika Utara (59 juta) dan Afrika Utara dan Asia Barat (49 juta). Distribusi regional internasional migran sedang berubah, dengan populasi migran tumbuh lebih cepat di Afrika Utara dan Asia Barat dan di sub-Sahara Afrika dibandingkan di wilayah lain (UNCHR, 2019: iv). 

Namun, yang menjadi kabar baik adalah jumlah migran perampuan dan anak menurun. Menurut UNCHR, perempuan dan anak perempuan merupakan kurang dari setengah (48 persen) dari semua migran internasional. 

Secara global, proporsi perempuan dan anak perempuan dalam jumlah total migran internasional turun sedikit, dari 49,3 persen pada tahun 2000 menjadi 47,9 persen pada 2019. Persentase pekerja migran perempuan tertinggi di Amerika Utara (51,8%) dan Eropa (51,4%), dan terendah di sub-Sahara Afrika (47,5%), dan Afrika Utara dan Asia Barat (35,5%).

Cara yang dilakukan oleh Gemma Cruz, dapat dilihat sangat Kristiani. Ia menekankan peran para misionaris dalam bermisi. Ini tentu menimbulkan sedikit tantangan. 

Mengapa? Karena latar belakang budaya, aliran kepercayaan dari kaum migran biasanya bermacam-macam. Jika masih mempertahankan cara bermisi dengan menerapkan gagasan Kristiani, ini akan menemukan kesulitan karena yang dihadapi saat ini adalah persoalan kemanusiaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun