Mohon tunggu...
Ersa Awwalul
Ersa Awwalul Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay humble

you can do it

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulas Masa Depan Indonesia Melalui Kontemplasi Ramalan Sejarah

10 Desember 2021   08:55 Diperbarui: 10 Desember 2021   09:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Jika kalian berpikir tentang ramalan sejarah apa sih yang ada di benak kalian tentang ramalan sejarah ini? Ramalan sendiri memiliki pengertian sebagai usaha untuk memperoleh informasi atas beberapa pertanyaan yang dilakukan dengan cara yang tidak rasional bahkan diluar nalar. Ramalan biasanya juga dilakukan dengan cara atau ritual tertentu. 

Kita seringkali melihat di sekitar kita banyak dijumpai masyarakat  yang suka dengan hal-hal yang berbau mistis apalagi di negara Indonesia yang masyarakatnya masih banyak mempercayai hal-hal tersebut. Kebanyakan dari orang kenapa suka sekali di ramal? ya karena orang tersebut menjadi korban dari ilusinya sendiri yang menerima feedback tentang kepribadian mereka sendiri dari prosedur penilaian kepribadian. Yang sering kita dengarkan biasanya ramalan bisnis, ramalan cuaca dan ramalan statistik. Seperti hal nya ramalan cuaca bisa terjadi karena orang-orang mengetahui pergerakan angin. Akan tetapi, ramalan tersebut kemungkinan bisa meleset kapan saja jika adanya tekanan dari angin tersebut. 

Ramalan memiliki macam-macam jenis. Ada ramalan mikro dan makro, ada ramalan jangka pendek, menengah dan panjang. Ramalan mikro dan jangka pendek adalah hak para politisi sedangkan ramalan makro dan jangka panjang adalah hak para filsuf.  Begitu juga dengan ramalan sejarah. Hak sejarawan dan ilmu sosial lainnya yaitu ramalan makro dan jangka menengah. Seorang sejarawan dengan pekerjaannya yaitu rekonstruksi masa lalu. Nantinya banyak perubahan dan ketidakpastian yang bisa mempengaruhi masa depan. Orang secara pribadi memiliki pandangan untuk membuat proyeksi kedepan. Lantas siapa yang memerlukan ramalan? Jika dilihat siapa yang memerlukan sebuah ramalan yaitu para politisi, birokrasi, orsos pol dan ormas. Tidak adanya pandangan ke depan maka mereka akan meloncat dalam kegelapan. 

Membahas tentang ramalan jika diamati lebih lanjut di Indonesia rupanya masih belum ada konsistensi dalam perkembangan di masa depan. Adanya perkembangan di bidang politik belum tentu bisa bersama dengan perkembangan masyarakat. Sehingga nantinya sulit untuk mengikuti dalam satu model. Membahas tentang politik di Indonesia, masih dalam masa peralihan yang dimana masih mengikuti model-model dari negara lain dan masyarakatnya juga terbagi antara industrial, pasca industri dan agraris.

Politik di Indonesia tanpa disadari mengikuti tren dari negara Eropa dan Amerika dapat dilihat dari kebiasaannya. Misalnya, dari tren politik di Eropa, tradisi disana masih sangat dihormati. Kerajaan dan agama masih ada tempat dan adanya multipartai berdasarkan agama. Akan tetapi di Indonesia pada tahun 1985-1998 partai agama sudah dihapus dari Indonesia. Hal tersebut seperti model Amerika yang menawarkan politik rasional. Kemudian kelanjutan model Amerika yaitu seperti  kebiasaan mengikuti bagaimana dan apa yang masyarakat konsumsi, serta kebiasaan pekerjaan dalam sehari-hari dapat diambil contoh seperti mengkonsumsi junk food, memakai pewangi mulut dan menggunakan pakaian tren sekarang.

Adanya hal tersebut apakah masa depan politik Indonesia bisa dikatakan mengikuti tren dari Amerika? Jika dikaji lebih lanjut dengan melihat apa yang menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia maka bisa dikatakan bahwa masa depan politik Indonesia bersifat rasional dan demokratis seperti politik di Amerika. Ramalan apakah politik di Indonesia mengikuti tren Amerika bisa dibuktikan dengan beberapa kebiasaan yang sudah dijelaskan diatas. Kemudian lanjut kepada masyarakat Indonesia yang terdapat tanda-tanda bahwa akan menjadi masyarakat yang berkelas.

Di masa depan Indonesia akan terbagi menjadi beberapa kelas. Hubungan antarkelas dan antar warga diatur sepenuhnya secara kontraktual. Dapat diambil contoh yaitu seperti adanya kegiatan gotong royong diganti dengan orang yang dibayar, hal itu berlaku di kota maupun di desa. Nyatanya desa prasejarah dan desa agraris untuk meramalkan masa depan masyarakat industrial dan pasca industrial tidak bisa dibantah. Di masa depan desa agraris bisa menjadi desa ekonomis jika masyarakatnya bisa survive dengan masyarakat industrial dan pasca industrial. Perbedaan kelas di Indonesia bisa diterima oleh masyarakat tradisional karena disekitarnya juga seringkali dijumpai. Masyarakat tradisional biasanya terdapat perbedaan berdasarkan status dan sekarang berdasarkan kelas. Pada saat ini masyarakat Indonesia masih jauh dari ciri masyarakat kontraktual dan ekonomis. Diperlukan waktu untuk mengkomunikasikan dan meng elektrifikasi untuk mengubahnya. 

Setelah masyarakat, selanjutnya yaitu agama yang dibahas pokok-pokoknya yang berjumlah 4 yaitu agama dan politik, sekularisasi, spiritualitas dan transendetalisasi. Di masa depan kemungkinan agama akan menjadi lebih individual. Ada kemiripan antara Amerika pada abad ke-19 dan Indonesia pada masa kini yaitu adanya pertentangan antara penganut agama yang berorientasi sosial, ritualisme dan individual.

Kemudian di dalam masyarakat modern terdapat proses sekularisasi, objektif yang artinya terpisah agama dari institusi sosial yang lain dan subjektif yang artinya apabila yang dialami orang tidak menyambung dengan nilai agama yang dianut. Para ahli juga meramalkan misalnya Naisbitt yang meramalkan bahwa pada abad 21 agama akan didominasi oleh spiritualisme. Ada juga Peacock dan Kirsch yang meramalkan bahwa proses transendentalisasi akan dialami oleh agama dengan teori evolusi sebagai rujukannya. Pada kenyataannya di Indonesia isu agama dan politik hanya sebagian benar, isu kedua yaitu sekularisasi yang sudah terjawab dengan adanya tempat ibadah. Kemudian isu lainnya yakni spiritualitas dan transendentalisasi merupakan pekerjaan kaum bangsawan. 

Dalam budaya terdapat dua gejala modern yakni positivisme dan budaya teknologis. Positivisme sudah dimulai di Eropa pada abad 19. Kesadaran manusia berkembang melalui tiga hal yakni teologis, metafisik dan positif. Budaya teknologis sendiri dimulai ketika pelabuhan-pelabuhan Jepang terbuka untuk perdagangan pada pertengahan abad 19 terjadilah sebuah peristiwa yaitu Restorasi Meiji. Adanya peristiwa tersebut tentunya membuat adanya perubahan besar di Indonesia. Investasi asing semakin banyak dan kecanggihan alat komunikasi semakin berkembang. 

Pada dasarnya tidak seorang pun bisa mengetahui semua dengan persis apa yang terjadi di masa depan termasuk para sejarawan. Karena Tuhan yang lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan kuasaNya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun