Mohon tunggu...
Erry Andriyati
Erry Andriyati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Bibi Titi Teliti is a thirty something woman, a wife and a mom of 2 gorgeus children...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menciptakan Lingkungan Sehat dengan Inovasi

5 Desember 2017   20:50 Diperbarui: 6 Desember 2017   12:59 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingkungan yang sehat dan bersih tentu saja merupakan dambaan kita semua. Mewujudkan lingkungan seperti itu sejatinya haruslah dimulai dari diri sendiri. Langkah paling sederhana yang dapat diterapkan untuk menciptakan lingkungan bersih adalah membuang sampah pada tempatnya. Sederhana sih, tapi diperlukan kesadaran dari setiap orang untuk bisa melakukannya.

Padahal sudah jelas, lingkungan yang bersih dan bebas dari timbunan sampah selain dapat menghindarkan kita dari berbagai kuman penyakit, juga dapat terhindar dari bencana banjir di musim hujan. Salah satu penyebab utama terjadinya banjir kan karena banyaknya sampah berserakan sehingga menghambat aliran air.

Sampah dalam kondisi berserakan atau tertimbun kadang memang membuat mata kita gerah untuk melihatnya, ya gak sih? Makanya kita harus melakukan berbagai upaya agar sampah tersebut bisa lebih bermanfaat. Melakukan daur ulang merupakan salah satu langkah sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu reduce, reuse & recycle(3R).

Contohnya untuk ibu rumah tangga seperti saya, berbelanja ke mini market sebaiknya sih membawa kantung sendiri saja, supaya irit plastik. Dan ketika bepergian pun sebisa mungkin membawa botol minum sendiri, supaya gak perlu membeli botol minum kemasan. Terkesan sederhana, tapi lumayan banyak manfaatnya lho! Sebenarnya sih saya ingin sekali mencari pengetahuan yang lebih dalam seputar pengelolaan sampah.

Untunglah pada hari Minggu tanggal 19 November 2017, saya berkesempatan untuk hadir di event keren yang diadakan oleh Balitbang PUPR dalam rangka memperingati Hari Bakti PU ke-72. Acara yang diadakan di Car Free Day Dago tersebut sangat meriah. Selain diadakan jalan santai, senam aerobik, games dan photo booth, terdapat juga diskusi ringan seputar banjir, sampah dan limbah plastik.

Ternyata cukup banyak juga inovasi teknologi yang telah dilakukan oleh Balitbang PUPR yang belum saya ketahui. Di antaranya yang paling seru sih, saya baru tahu bahwa ternyata limbah plastik dapat dimanfaatkan menjadi bahan campuran untuk aspal. Limbah plastik (kresek) type LDPE dapat dimanfaatkan pada campuran beraspal dengan metoda kering (dry process)  untuk meningkatkan kinerja campuran beraspal.

Diperkirakan 3,32 juta metrik ton limbah plastik di Indonesia belum terkelola dengan baik dimana sejumlah 0,48 -- 1,29 juta metrik ton merupakan limbah plastik yang dibuang ke laut. Duh, miris juga yah.

Campuran beraspal umumnya dimodifikasi dengan polimer, akan tetapi plastik sebagai salah satu jenis polimer masih minim penggunaannya dalam konstruksi jalan. Hingga kadar tertentu, penambahan limbah plastik akan meningkatkan stabilitas dan kekuatan dari campuran beraspal sehingga akan berdampak terhadap peningkatan umur layan jalan. Dengan penggunaan teknologi yang tepat ternyata sampah kresek bisa bermanfaat juga yah!

Selain mendapat ilmu baru tentang pemanfaatan sampah plastik, kita juga mendapat berbagai informasi seputar pengelolaan limbah air. Ternyata Balitbang PUPR juga memiliki teknologi ABDULAH yaitu Akuifer Buatan Daur Ulang Air Hujan. Dengan prinsip konservasi yang diterapkan maka langgar, mushala atau mesjid dapat menggunakan air hujan yang tersimpan untuk dipakai secara berulang-ulang.

 Air tersebut mengalir melalui lapisan akuifer buatan yang disusun secara vertikal dan berulang-ulang. Secara spiritual bangunan ABDULAH merupakan bangunan akuifer buatan untuk suci ulang air yang berasal dari air hujan.

Selama terdapat curah hujan tahunan dan luas bidang penangkap air hujan berupa atap bangunan yang memadai, system ini bisa dengan mudah diterapkan. Keberlangsungannya tidak memerlukan syarat yang berat dan dapat diaplikasikan sesuai dengan ketersediaan lahan. Bahkan bisa juga ditempatkan di bawah bangunan tempat tinggal dan gedung.

 Selain itu saya juga beruntung sekali karena berkesempatan untuk berbincang-bincang santai dengan ibu Nur Fizili Kifli dan bapak Eko Binar dari Puslitbang Sumber Daya Air. Walaupun obrolan kita singkat dan terasa santai, tapi saya merasa banyak ilmu yang bisa diperoleh dari beliau.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ibu Nur menjelaskan panjang lebar tentang Bangunan Penyedia Air Baku Mandiri atau teknologi yang disebut ABSAH yang juga merupakan kepanjangan dari Bangunan Akuifer buatan Simpanan Air Hujan.

Bangunan ABSAH adalah hasil penelitian dari Puslitbang Sumber Daya Air yang merupakan bangunan konservasi dan sekaligus pendayagunaan air. Bangunan ini dapat menirukan aliran air yang terjadi di alam berupa : aliran air tanah alami, aliran air tanah di sekitar sumur gali/bor, ailran mata air, proses hidrologi di aliran sungai, proses penyaringan fisik di alam, proses penambahan mineral di alam, proses fisik, kimia & biologi.

Bapak Eko juga memberikan penjelasan yang sangat komprehensif seputar teknologi Ecotech Garden atau Tanaman Penyerap Limbah Rumah Tangga.

 Ecotech Garden adalah salah satu teknologi alternatif hasil penelitian Puslitbang Sumber Daya Air yang merupakan pengolahan air selokan (grey water) atau effluent tangki septic dengan menggunakan tanaman hias air.

Sumber: Balitbang PU-PR
Sumber: Balitbang PU-PR
Kalau dipikir-pikir benar juga sih. Sayang juga kalau kita menyiram tanaman dengan air biasa, Kalau ada teknologinya sih mending menggunakan air limbah rumah tangga yang sudah diolah saja. Kriteria tanaman untuk Ecotech Garden sih bebas, asalkan jangan tanaman pangan. Fungsi dari Ecotech Garden selain bisa menyerap limbah dan menghasilkan air yang bagus, juga dari segi estetika.

 Saya juga sempat bertanya tentang berbagai jenis limbah domestik yang terdapat dalam rumah tangga seperti air bekas cucian. Menurut Bapak Eko, saat ini sayangnya deterjen yang dipergunakan oleh masyarakat kebanyakan bukanlah deterjen yang mengandung biodegradable.

foto6

Deterjen non-biodegradable banyak dipergunakan selain karena harganya murah, juga karena budaya masyarakat kita yang menganggap bahwa sabun dengan banyak busa berarti akan lebih bersih. Waduh, saya termasuk tuh. Padahal menurut bapak Eko, deterjen seperti itu tidak dapat terolah secara biologis. Itulah yang menyebabkan sungai-sungai kita jadi banyak busanya. Semoga sih dengan adanya edukasi yang tepat, masyarakat dapat secara perlahan beralih ke deterjen biodegradable sehingga limbah domestik dapat sedikit berkurang.

 Sebenarnya masih banyak sekali materi menarik yang ingin saya dapatkan. Teman-teman yang lain berkesempatan untuk mendapatkan informasi dari nara sumber yang berbeda-beda. Ada materi tentang Program Pengembangan Kota Hijau, Teknologi Rumah Sehat RISHA dan masih banyak lagi. Tapi sayangnya karena keterbatasan waktu, kami tak sempat untuk menuntaskan diskusi menarik tersebut.

dokpri
dokpri
Senang sekali karena dilibatkan dalam program Balitbang PUPR untuk dapat mengkampanyekan lingkungan yang sehat dengan inovasi teknologi. Menciptakan lingkungan yang sehat merupakan tanggung jawab semua orang, bukan hanya pemerintah saja.

Pemerintah melalui berbagai kebijakannya telah berupaya untuk menciptakan berbagai teknologi yang dapat kita manfaatkan. Selanjutnya merupakan tugas kita untuk menumbuhkan kesadaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dapat segera terwujud yah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun