Transportasi umum merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern. Bagi penyandang disabilitas, akses terhadap transportasi bukan sekadar kebutuhan, melainkan hak untuk bisa hidup mandiri, produktif, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial. Di kawasan Yogyakarta, Solo, dan Klaten, upaya menciptakan transportasi yang inklusif mulai berkembang, namun masih menyisakan banyak tantangan.
Yogyakarta dan Solo: Sudah Ada Kemajuan, Tapi Belum Sempurna
Di Yogyakarta dan Solo, pemerintah daerah sudah mulai mengambil langkah untuk menjadikan transportasi umum lebih inklusif. Di Yogyakarta, sistem Trans Jogja telah melayani masyarakat sejak lama, dengan beberapa halte yang dilengkapi ramp (jalur landai), tanda visual, serta kursi prioritas. Pemerintah daerah juga telah memberikan potongan harga bagi penyandang disabilitas, yang dapat diakses melalui kartu khusus yang didaftarkan di Dinas Sosial.
Begitu pula di Solo, layanan Batik Solo Trans juga memberikan tarif khusus bagi difabel. Beberapa unit bus sudah dirancang dengan pintu rendah untuk memudahkan akses pengguna kursi roda, serta memiliki ruang khusus di dalam kendaraan. Halte-halte utama menyediakan jalur landai, dan ada petunjuk visual untuk memudahkan pemahaman rute.
Namun, implementasi fasilitas ini belum merata. Masih banyak halte yang belum memiliki aksesibilitas yang sesuai, seperti jalur landai yang terlalu curam atau tidak tersedia sama sekali. Petugas layanan juga masih terbatas dalam pemahaman bahasa isyarat dan belum semuanya terlatih menghadapi kebutuhan khusus difabel, termasuk tunanetra dan tuli.
Klaten: Transportasi Inklusif Masih dalam Proses Perjuangan
Berbeda dengan dua kota besar tersebut, Kabupaten Klaten belum memiliki layanan bus kota reguler yang terintegrasi. Pilihan transportasi umum yang tersedia saat ini didominasi oleh angkutan kota (angkot), becak motor (bentor), ojek pangkalan, dan ojek online. Namun, moda transportasi ini belum dirancang ramah bagi pengguna kursi roda, dan tidak menyediakan informasi berbasis teks atau suara bagi mereka yang memiliki hambatan penglihatan atau pendengaran.
Selain itu, belum ada program potongan harga khusus bagi penyandang disabilitas di Klaten, baik untuk angkot maupun transportasi daring. Meskipun komunitas difabel telah melakukan berbagai upaya advokasi melalui dialog dengan Dinas Perhubungan dan Dinas Sosial, implementasi kebijakan masih belum terealisasi.
Beberapa titik fasilitas publik di Klaten juga masih kurang ramah difabel. Trotoar tidak rata, minim petunjuk arah visual maupun suara, serta parkir kendaraan yang sering menghalangi jalur kursi roda menjadi kendala tersendiri.
Kehadiran KRL: Alternatif yang Terjangkau dan Semakin Inklusif
Selain bus, keberadaan Kereta Rel Listrik (KRL) Yogyakarta-Solo menjadi salah satu moda transportasi andalan yang digunakan masyarakat, termasuk difabel. KRL merupakan salah satu transportasi umum yang tergolong terjangkau dan cukup nyaman.