Mohon tunggu...
Erna Manurung
Erna Manurung Mohon Tunggu... Penulis - Sedang bermukim di kampung halaman (Serang, Banten)

Senang menulis hal Ikhwal masalah-masalah kesehatan jiwa, sesekali jalan-jalan di sekitar rumah lalu melaporkannya ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita-Panjang] Kala Usia Senja Tiba #3

14 Juni 2021   08:00 Diperbarui: 14 Juni 2021   08:08 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.depositphotos.com

"Ah, ya enggak juga. Tidak ada salahnya toh bekerja di sini?" kilah Lestari.

Linda manggut-manggut. Terus terang, ia merasa nyaman kalau ada ibu asrama, tapi jangan yang masih muda seperti Lestari. Ia juga senang karena merasa cocok dengan perempuan ini. Tapi sekaligus dihinggapi rasa takut. Apakah ketika mereka sudah cocok sebagai teman, lalu terbiasa bertemu, tiba-tiba harus berpisah karena Lestari berhenti bekerja?

Setelah tiga jam bercengkrama di hutan mini, mereka mencari tempat untuk beristirahat. Di dekat pohon beringin ada kursi kayu dan mereka duduk di sana. Linda bercerita kalau ia adalah ibu dari 3 anak laki-laki. Yang sulung sudah berkeluarga, yang mengantarnya ke tempat ini atas permintaan dia sendiri. Anak tengah dan bungsu bekerja di luar negeri. Mereka datang kalau libur natal dan tahun baru saja.

Masalah itu dimulai ketika suaminya Johan, menyatakan akan menikah dengan teman satu kantornya. Waktu itu ia dan Johan belum resmi bercerai, tapi perpisahan sudah terjadi sejak ia sakit. Kadang hidup sangat tidak adil. Dalam janji nikah dulu, keduanya bertekad akan selalu bersama dalam susah dan senang. 

Lalu, ketika salah satu tidak bisa membahagiakan pasangan, yang kebetulan orang itu adalah dirinya, jalan yang ditempuh malah perpisahan. Bukan menjalani keadaan sulit ini bersama-sama.

Linda tidak mampu memahami isi hati suaminya. Kalau jadi dia, dia akan tetap mempertahankan pernikahannya sampai akhir. Johan kemudian menikah dengan Tya selang 6 bulan setelah putusan cerai dibacakan. Tidak ada pembicaraan mengenai harta gono-goni.

Linda berusaha menerima takdirnya, tapi sulit melalui masa-masa keterhilangannya. Linda masih merasa bahwa Johan adalah bagian dari dirinya. Keluarga besar mereka masing-masing tinggal di Ambon dan mengenal satu sama lain dengan baik. Bisnis keluaga besar Johan dan bisnis pribadinya juga ada di sana. Praktis, kehidupan mereka ada di kota itu. Namun perpisahan seketika membuat ia merasa sendirian di tengah keluarga besar, sanak saudara, dan rekan bisnis. Apalagi saat mengetahui Johan datang bersama istrinya untuk menengok salah satu usaha mereka dan keluarga si sulung. Sejak menikah lagi, Johan memang memutuskan bermukim di Tomohon, kampung halaman Tya.

Dalam keterasingan yang tak mampu diatasi, baik oleh dirinya maupun oleh keluarganya, akhirnya Linda meminta Simon anak sulungnya mengantar dia ke Jogja. Menitipkannya di sebuah panti untuk orang-orang tua.

Awalnya si sulung menolak keras. Mengapa harus tinggal panti orang tua? Ia malu, sebagai anak tak bisa merawat ibunya. Tapi Linda berkeras dan mengatakan bahwa yang perlu dirawat adalah batinnya. Bukan fisiknya. Ia minta maaf kepada anak-anak karena harus mengambil keputusan ini. Tetapi tetap tinggal di Ambon sama saja dengan bunuh diri. Linda tak bisa menahan rasa perih di hatinya, setiap kali menyaksikan Johan datang. Sejak berpisah, ia tetap tinggal di rumah besar mereka.

Tetapi letak kediaman keluarga besar Johan tidak jauh dari rumah tinggal mereka. Dan Johan pasti akan datang ke rumah orangtuanya yang hanya beberapa jengkal saja jaraknya.

Linda tak pernah berpikir, membayangkan pun tidak, bahwa ia akan bercerai dari suaminya. Dan itu terjadi manakala anak-anak sudah besar dan mandiri. Setelah tidak ada lagi seorangpun yang ia urus. Ya, mengurus orang adalah kebahagiaan tertinggi untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun