Mohon tunggu...
Erna Dena
Erna Dena Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar dan Penulis

Pembenci gerimis, penikmat kata-kata dan pengamat amatir tentang film

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kisah keluarga Pak Dodi : Jalinan Kasih Sayang Itu Datang dari Santap Bersama Keluarga

26 Agustus 2016   21:25 Diperbarui: 26 Agustus 2016   21:52 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rupanya selama ini Pak Dodi lupa akan satu hal, kebersamaan. Kebersamaan dalam keluarga seakan menjadi slogan semu karena sesungguhnya saat sedang bepergian ke luar negeri anak-anak tak merasa ada ikatan batin dengan orangtua. Semestinya kebersamaan adalah hal yang benar-benar dipraktikkan dan merasuk ke dalam lubuk hati masing-masing.

Tak bisa dipungkiri kadang anak-anak masa kini lebih suka berkumpul dengan teman-teman dan berinteraksi secara intens setiap harinya di luar entah di sekolah atau dalam grup permainan. Orangtua hanya bisa mengetahui kabar paling akhir. Itu pun hanya searah. Tak bisa secara timbal balik atau dua arah. Model komunikasi ini telah berlangsung nyaris di sebagian keluarga di Indonesia terutama di perkotaan. Akankah kondisi seperti ini yang menjadi idaman dalam keluarga? Tentu tidak. 

Keluarga sebagai pilar utama perkembangan pribadi memiliki misi yang mulia yakni mengantarkan anak-anak menjadi pribadi yang peduli, penyayang, dan hangat hingga mereka dewasa dan bisa berkiprah di masyarakat. Semua ini tak bisa diraih hanya dalam waktu sekejap namun harus diusahakan.

Pak Dodi sadar ia harus memulai dari diri sendiri dahulu yakni dengan membatasi bekerja hingga hari Sabtu saja dan pukul tujuh malam ia sudah harus tiba di rumah. Bersama istrinya yang juga wanita karier, keduanya rela tidak menyentuh laptop apalagi ponsel selama di rumah. Ia mulai merancang kebersamaan itu dengan menciptakan keakraban antar sesama anggota keluarga. Anak-anak pada awalnya merasa aneh, kaku dan bingung akan perubahan yang terjadi pada kedua orangtua mereka. Bahkan tak sekali dua kali anak yang kedua menolak untuk bergabung. 

Pak Dodi mengira upaya mendekatkan hati pada anak-anak hanya butuh waktu sebentar. Ia mulai mengajak keluarganya untuk makan malam bersama. Berbagai hidangan yang lezat terhampar di meja makan. Malam pertama tak satu pun anaknya yang duduk, hanya ia dan istrinya yang makan bersama. Malam kedua, ketiga, hingga satu minggu berlalu, ketiga anaknya bergeming dengan ajakan ayah bundanya. Mereka lebih suka menghabiskan waktu di kamar.

Pada malam yang entah keberapa kalinya, si sulung bersedia untuk makan malam bersama. Lalu berturut-turut anak yang kedua dan ketiga ikut bergabung untuk santap bersama. Dan satu per satu dari mereka mulai membicarakan banyak hal tentang keseharian. Kekakuan langsung luruh, kebekuan mencair seketika.  Kegembiraan akhirnya mewarnai hari-hari ke depannya.


Bisa dibilang santap bersama bukan merupakan akhir dari suatu proses dalam merintis kebersamaan. Namun dengan bersantap bersamalah setiap anggota keluarga bisa merasakan kepedulian, empati dan tenggang rasa antar sesama. Bahkan guna lebih mengakrabkan acara makan bersama, sebulan sekali Pak Dodi mengajak keluarganya makan bareng di restoran. 

Siang itu Pak Dodi memilih untuk makan di restoran yang memiliki jargon sebagai restoran keluarga yakni KFC di bilangan Kemang, dan ternyata anak-anak cukup suka makan di sana. Dengan suguhan ayam goreng yang crispy dan originalnya mereka makan dengan lahap diselingi tawa. Anak kedua sampai perlu memastikan agar lain kali santap bersama diadakan di KFC saja. 

"Yah, minggu depan aku pasti mau kalau diajak makan lagi ke sini."

"Mengapa, Nak? Kau suka dengan rasanya?"

"Ya, aku suka dengan semua rasa yang ada di sini, enak dan garing kulitnya," sahut anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun