Mohon tunggu...
suryanto soenarjo
suryanto soenarjo Mohon Tunggu... -

Intensive reader

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nanik Ingin Jadi Presiden

29 Maret 2019   07:26 Diperbarui: 29 Maret 2019   07:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebenarnya Nanik tak perlu lagi meneruskan perjalanannya. Cukup berhenti di suatu tempat strategis, sebentar saja pasti gorengannya sudah habis diborong oleh massa yang semakin banyak mengalir ke satu arah. 

Tapi dasar Nanik memang senang melihat keramaian, dia terus saja berjalan bersama orang banyak itu. Semakin mendekati kantor KPU, semakin berdesak-desakan dan dia harus semakin erat memegang dagangannya.

Dari jarak beberapa meter sudah terdengar suara orang sedang berpidato meneriakkan "tuntutan rakyat." Karena tubuh Nanik yang kecil, sebentar saja dia sudah terseret dan terdorong ke depan speaker yang menggelegar. Nanik mulai merasa sulit bernapas. Dia mulai merasa takut dan berteriak-teriak minta tolong. Tapi suaranya tertelan suara speaker dan suara massa. Sandalnya sudah hilang sebelah. 

Sebentar kemudian tampah gorengannya tumpah dan bakul nasinya terjatuh. Nanik menangis dan menjerit. Tapi orang di sekelilingnya tak ada yang peduli. Mereka semua sedang sibuk mengacungkan tinju ke udara sambil meneriakkan yel-yel. Sebentar kemudian tahu-tahu Nanik sudah ada di depan salah satu capres yang sedang berpidato. Lalu terdengar suara letusan dua kali begitu dekat di telinga Nanik. 

Semua orang di sekitar Nanik berteriak sambil menunjuk-nunjuk Nanik. Nanik tidak tahu apa yang terjadi. Dia menunduk melihat bagian yang ditunjuk orang-orang itu. Dia hanya bengong melihat bajunya berubah warna menjadi merah, basah dan lengket. Lalu sesaat kemudian kepalanya terasa berputar. Nanik menggigit bibir dan memejamkan matanya.

Begitu dia menutup matanya semua suara ribut tak terdengar lagi. Rasanya nyaman sekali seperti sedang berenang di awan-awan. Tidurnya pun belum pernah senyenyak ini. Tapi kemudian seperti ada semut yang merayapi kakinya. Dia ingin membuka mata untuk menggaruknya, namun matanya tak mau terbuka juga. 

Semut-semut itu semakin banyak. Sepertinya ada ribuan yang kini merayapi seluruh bagian tubuhnya. Kepalanya mulai terasa sakit seperti ditusuki banyak jarum. Akhirnya dia berhasil membuka matanya.

Yang pertama dilihatnya adalah wajah si capres, tapi dia tidak sedang berpidato, melainkan sedang duduk di sampingnya. Lalu ada banyak orang berseragam di sekelilingnya. Ada yang berseragam polisi dan tentara. Ada yang seseorang di sebelah sana berseru, "Dia sudah membuka mata!"

Sang capres tersenyum dan menyapanya, "Hai, Nanik. Senang melihat kamu siuman."

Yang pertama dilakukan Nanik adalah membuka mulutnya bertanya, "Mana Ibu?" tapi tidak ada suara yang terdengar keluar dari mulutnya. Dia ingin bangkit duduk, namun juga tak bisa.

Sang capres kembali bicara, "Nanik baru melalui masa kritis. Jangan terlalu banyak berpikir. Istirahatlah. Sudah dua minggu Nanik tak sadar. Senin depan Nanik harus menghadiri pelantikan Bapak menjadi Presiden. Nanik sudah berkorban menerima dua peluru yang ditujukan kepada Bapak hari itu. Nanik bukan hanya sudah menyelamatkan Bapak, Nanik bahkan sudah menyelamatkan bangsa ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun