Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pelajaran tentang Pluralitas

10 Januari 2023   12:33 Diperbarui: 13 Juli 2023   09:00 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pluralitas (SUmber gambar: kompas.com)

Kata-katanya yang terserap dalam indentitas tidak masuk hitungan pengulangan yang menyentuh permasalahan-permasalahan yang kita hadapi dalam situasi saat ini nampaknya tidak tertarik lagi dibicarakan oleh kelompok pernyataan ideologis yang ekstrim. Mereka sering berbicara: "Aku tidak masuk dalam tatanan diskursus yang memparadokskan kehidupan tanpa perbedaan." 

Tidak ada yang bisa Aku bicarakan dan pikirkan selama pluralisme dan pluralitas melihat relas-relasi antara dominasi dan subordinasi manusia secara kasat mata. Lebih dari apa yang Aku impikan begitu mendalam dan satu per satu muncul dengan membawa kebenaran. 

Apa yang kita inginkan hanyalah membiarkan diri kita untuk tetap menolak kelahiran kembali dari perbedaan tanpa tipu muslihat di dalam dan di luar diskursus.    

Dalam titik awal kemunculan komitmen hidup bersama dan dalam sinergisitas, ia berbicara: "Aku manusia," "Aku biomesin."

Manusia dan biomesin apa? Sang Lain. Perbedaan kecil "Aku makan, Aku berpikir, Aku berimajinasi." Sang Lain dalam hal perbedaan dirinya sendiri. "Aku" melibatkan "sang Lain" untuk menyatukan dan memisahkan perbedaan. Makan dibutuhkan oleh seseorang, mirip kucing, kecuali obyek warna.

Berpikir dan berimajinasi meletakkan perbedaan antara manusia, binatang, dan obyek warna. Manusia menjadi "sang Lain-Plural" muncul di balik "Aku-Plural" dalam relasi bolak-balik, yaitu relasi antara yang 'Sama' dalam 'berbeda dirinya sendiri'.

Dalam perbedaan yang setara, dalam relasi bolak-balik, Aku telah berbicara jelas untuk menghargai sang Lain. Dalam perbedaan sebagai bagian inti dari pengulangan identitas. 

Individu sebagai "Aku" tidak percaya terhadap sikap intoleran atau ujaran kebencian dalam hirarki ujaran antara satu dengan sang Lain. Anda tidak perlu khawatir dengan perbedaan tersebut, kami hadir bersama Anda dalam kenyataan, bahwa manusia berpikir dan berbicara, yang membuat mereka dapat hidup bersama.

Meskipun membosankan dalam kemonotonan, hampir dapat dibicarakan oleh Anda sendiri untuk mematahkan ujaran-ujaran yang memecah-belah dan kita tidak terkejut jika pintu-pintu terbuka untuk kita semua.

Untuk menandai subyek keluar dari hirarki lisan menuju tulisan di sekitar kita, jejak dalam pengulangan bentuk-bentuk pertanyaan.

Siapa yang memulai kebencian? Datang dari mana aura kekerasan? Kapan persaudaraan lahir? Siapa subyek dan obyek, Aku ataukah sang Lain? Dimana letak ancamannya di situ?

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun