Orang-orang mulai berpikir ragu, sebuah oto-mesin permainan dalam kesenangan mulai berbahaya. Apa yang dapat kita ikuti merupakan suatu fase kemajuan sekaligus kemunduran bersamaan hilangnya duplikat, pola, jejak, dan tanda merenggut penampilan yang boros dan kegemaran berhura-hura sebelum kecerdasan artifisial dibentuk.
Aktor yang memiliki akal bulus dengan jejak-jejak yang terputus-putus ditata ulang menjadi suatu permainan baru.Â
Homo philosophicus menemukan sisi terang ditengah permainan kata-kata yang dituliskan merupakan persamaan teks dan perbedaan penafsiran.
Tetapi, kemudian teks dan penafsiran tidak lebih daripada sebuah permainan yang sama. Keberanian bermain dalam sebuah permainan berbahaya dari sumber dan pemikiran ke teks dan penafsiran.Â
Dalam keberanian yang berbeda, seperangkat pengetahuan merupakan kegagalan bermain.
Sudah tentu, kegagalan untuk menyetujui permainan berbahaya, ketika yang lainnya tidak memiliki keberanian untuk menulis teks yang berlawanan dengan penafsiran atas kata-kata dari aktor lain.Â
Jika tidak melalui cara ini, sebuah dialog mengalami kegagalan sebelum permainan berbahaya dimulai secara keseluruhan.
Tidak diragukan lagi, karena menyerupai pembicaraan rahasia dari homo intellectus, maka dari lingkaran kelompoknya saja mengetahui pembicaraannya.Â
Hanya ingatan yang melelahkan dilepas dan akhirnya merupakan puncak-puncak permainan berbahaya yang tidak mampu menarik dari tapal batas teks-teks tertulis yang membutuhkan penafsiran.
Dari permainan kata-kata yang ditulis ke pelanggaran batas teks yang plural dan tersebar yang ditulis. Kata-kata yang ditulis bukanlah penafsiran terhadap keberanian atau pernyataan ketidaksiapan para pemain dalam berdiskusi.
Dalam permainan kata-kata yang ditulis memungkinkan teks-teks dari suatu ruang bersama menjadi perpustakaan atau eksiklopedia yang dibukukan secara virtual.Â