Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Dahsyatnya Hakimi Kecup Kening Ibunya di Piala Dunia 2022

29 November 2022   19:55 Diperbarui: 20 Desember 2022   15:11 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Achraf Hakimi kecup kening ibunya (Sumber gambar: detik.com)

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau tapak kaki

Penuh darah penuh nanah

Seperti udara

Kasih yang engkau berikan

Tak mampu 'ku membalas

Ibu

Sepenggal lirik lagu ciptaan Iwan Fals di atas mengingatkanku dan mungkin juga "guys."

Semasa anak muda, saya kerap menyanyikan lagu saat berkumpul atau di keseruan momen lain.

Kawula muda dulu mendengar dan menyanyikan lagu berjudul Ibu melalui tape atau kala Iwan Fals lagi konser musik di kota terdekat.

Lagu Ibu tersebut mulai kunikmati sejak masa SMA beberap tahun silam, di akhir 80-an. Lirik lagunya lugas dan sederhana, tetapi menyentuh begitu dalam. 

Tidak terasa, jika dihayati lagunya, linangan air mata membasahi pipi. Lagu itu bukanlah lagu lebay.

Saya cukup sensi ketika mendengar lagu Ibu. Daripada nongkrong kosong, mending nyanyi lagu Ibu. Banyak 'ngefans' termasuk saya sama Iwan Fals.

Lagu Ibu sangat kuat, sama kuatnya dengan jiwa Iwan Fals. Kata orang, musik bisa membangkitkan jiwa. Ingat dan nyanyi lagu Ibu, ingat ibu yang telah tiada. 

Suara ibu melampaui suara orang yang menyanyikan lagu Ibu. Saya pernah berungkap. Andaikan tujuh lapis gunung, tujuh lapis bumi, suara kasih sayang ibu menembus semua batas. Kasih sayang ibu menembus petala bumi.

Umumnya, harapan kedua orang tua, khususnya ibu tentu ingin anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi bangsa, negara, dan membanggakan kedua orang tua. Anak yang membahagiakan orang tuanya merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya sebagaimana ibu tidak terbalas kasih sayang dan jasanya oleh anaknya.

Meskipum berkarung-karung emas dan berpundi-pundi uang milik anak tidak akan mampu membalas kasih sayang pada ibu. Sudah tepat ungkapan, surga di bawah telapak kaki ibu.

Sosok ibu ingin anaknya menjadi orang berhasil. Sejak anak kecil bercita-cita tinggi, setinggi langit. Takdir dipengaruhi oleh kasih sayang ibu pada anaknya. Dimana ada doa ibu, di situ ada usaha anak untuk menggapai cita-citanya.

Memang betul, tidak heran jika banyak anak ingin membalas kasih sayang dan jasa pada ibu. Berapa pun balasan anak pada ibu, itulah kemampuan anak. Ibu tidak berharap nanti ada materi, lalu ingat dan berbaik baik dari anak.

Saat berhasil merahi impiannya, anak ingin mencium kaki ibu. Mengecup dahi dan memeluk ibu. Apalagi jika anak sedang berjauhan tempat tinggal, rasa rindu berbunga-bunga dari anak ke orang tuan dan ibu ke anaknya tidak terkira.

***

Ketika anak sebagai tunas harapan, dimana anak merahi prestasi, maka anak ingin segera mencium dan memeluk ibu. Seperti momen haru dari sosok pemain Timnas Maroko usai menekuk Belgia 2-0 di laga Piala Dunia 2022, di Stadion Al Thumama, Qatar, Minggu, 27 November 2022.

"Aku sayang kamu ibu," begitu bunyi cuitan Achraf Hakimi via twitter pribadinya (@achrafhakimi). Saya membayangkan ketika Achraf Hakimi mengecup dahi ibunya. Kasih tulus sosok pemain Paris Saint-Germain (PSG) sekaligus bek kanan yang memperkuat squad Maroko di Piala Dunia 2022 seakan-akan menembus langit.

Gara-gara kecup kasih sayang pada ibunya nampak mengenakan jilbab abu-abu, maka Achraf Hakimi seakan-akan menjadi bahan pembicaraan para penghuni langit. Ibunya pun balik mencium pipi Hakimi, anak kebanggaannya.

Andaikata mata dunia tidak tertuju ke Hakimi, biarlah mata langit yang menyaksikan betapa sang anak ingin menumpahkan baktinya pada ibu. Terkenang semasa kanak-kanak, kasih ibu pada Hakimi tidak kunjung padam dan tidak jauh dari pelukannya, sedekat ibu dengan anaknya saat berlaga di Piala Dunia, di stadion itu. 

Siapa yang memperebutkan juara piala dunia di Jazirah Arab? Sedikit banyaknya, para pemain Timnas merindukan dukungan dari ibunya dan dari sanak keluarganya. Keluarga bola dunia.

Sebagaimana diketahui, Hakimi memperkuat Timnas Maroko, berjulukan Singa Atlas turut menyumbangkan  untuk menahan gempuran Belgia selama babak pertama, yang semula Maroko dipandang sebelah mata melalui persaingan di grup F. 

Bersama gol dari Abdelhamid Sabiri dan Zakaria Aboukhlal melengkapi kemenangan Timnas Maroko atas Belgia justeru menjadi persaingan makin memanas.

Seperti timnas lain yang juara di grupnya, besar kemungkinan Timnas Maroko terbuka peluangnya untuk melangkah ke babak 16 besar lantaran wanti-wanti akan berhadapan dengan Kanada di pertandingan selanjutnya, Kamis, 1 Desember 2022, di Stadion Al Thumama.

Kuat dugaan, jika Kanada akan angkat koper karena berada di posisi buritan dengan raihan poin nol sepanjang Laga Piala Dunia 2022. Sebaliknya, diluar dugaan, Timnas Maroko secara mengejutkan hasil pertandingan yang seru membuat para pemainnya merayakan kemenangan dengan riang gembira.

Memang masih panjang babak pertandingan, tetapi setidak-tidaknya Timnas Maroko punya modal besar untuk bisa merahi kemenangan demi kemenangan.

Tidak hayal, selain para pemain, para fans atau semua pendukung menyambut suka cita atas kemenangan yang dirahi oleh Timnas Maroko.

Apapun bentuk perayaan kemenangan Timnas Maroko, bisa jadi sosok Hakimi kecup dahi ibunya menjadi momen paling menggugah perasaan alias emosional tidak dijumpai di babak pertandingan berikutnya. 

Bisa jadi juga, belum terdengar kabar jika ada pemain Timnas lainnya menghadirkan sosok ibu di babak pertandingan.

Atas apa yang terjadi pada diri Hakimi selepas Timnas Maroko lawan Belgia tidak berlebihan jika dikatakan sebuah kemenangan yang agung karena anak kecup kening ibunya sebagai peristiwa yang tidak terlupakan. Terekam gambar Hakimi kecup kening ibunya lewat video yang berselancar di media sosial Twitter.

Terlihat bagaimana Hakimi melepaskan baju dan memberikan pada ibunya. Paling tidak ada dua yang dipersembahkan oleh Hakimi.

Sumbangan gol untuk Timnasnya dan tumpahan kasih sayangnya melalui kecup kening ibunya. Keduanya terekam dalam media sosial.

Lalu, apa yang membuat warganet terharu? Ternyata, pelukan erat sebagai luapan kasih sayang dari sosok ibu pada Hakimi, anak pelipur lara, kesayangannya. Saat itu, sang pemain bintang lapangan tidak hanya bersinar di sekitar stadion, tetapi juga sejagat media sosial, diantaranya Twitter dan Instagram.

***

Ada secuil bingit kisah Hakimi. Saat kecil, Hakimi sudah kelihatan bakatnya pada dunia olahraga.

Dia merupakan anak yang berhasrat dan berminat pada olahraga sepak bola. Dia diakui energik dan kepincut pada olahraga. Meskipun ibunya mengarahkan Hakimi kecil pada cabang atlet renang, tetapi tidak membuatnya tertarik.

Impian ibunya pada Hakimi agar kelak bisa mengangkat taraf hidup dan memajukan perekonomian keluarganya. 

Dasar, jika sudah sehati dengan sepak bola, maka Hakimi berjuang di bidang olahraga sepak bola. 

Dimaklumi, keluarga Hakimi dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Satu-satunya impian Hakimi adalah melepaskan himpitan hidup yang berat melalui sepak bola.

Kondisi perekonomian keluarga Hakimi tidak membuatnya kendor untuk menggapai impiannya.

Hakimi sebagai anak menjadi tulang punggung keluarganya. Ibunya terlibat langsung mencari nafkah. Ayah banting tulang bekerja untuk menghidupi anak dan isterinya.

Hasil pencarian nafkah dari ibu dan ayahnya diperuntukkan anaknya, Hakimi agar kelak bisa merahi cita-cita dan harapannya menjadi pesepakbola beken sejagat.

Hakimi nampak mensyukuri atas jerih payah ibu dan ayahnya. Kelengkapan seperti sepatu bola dan pendukung lainnya dengan uang ala kadarnya. Hakim makin mantap melangkah dengan sepak bola.

Usahanya tidak sia-sia, Hakimi kecil pun mengola bakatnya melalui pelatihan sepak bola di salah satu klub lokal, bernama Deportivo Colonia de Ofigevi. Karena hidup adalah pilihan, pantaslah makin ngebet sepak bola.

Demi impiannya menjadi pesepakbola profesional, pendidikan formalnya pun ikut terlantarkan. Akhirnya, dia kandas menjadi siswa berpendidikan formal.

Ibu dan ayah akhirnya mendukung anaknya sebagai pesepakbola. Minat dan jiwanya besar di sepak bola. Di usia delapan tahun, Hakimi kecil sudah memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga dia ditarik ke akademi Real Madrid.

Di situlah mulai membuktikan menjadi pemain profesional. Debutnya bertitik tolak dari tahapan promosi ke tim senior sepak bola.

Bravo Achraf Hakimi! Nyundullah bola dengan mengukir prestasi gemilangmu! Nyundullah langit dengan kasih sayang ibumu tiada tara! Merumputlah dengan main bola cemerlangmu! Para pecinta bola menanti Hakimi-Hakimi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun