Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selera Bermain di Atas Panggung Peristiwa

29 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:25 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah-wajah sakit, pengurungan besar, dan 'manusia baru' menandai ingatan.

Kira-kira kita tidak mengetahui berapa abad lamanya kita berbicara tentang binatang jauh sebelum mutasi binatang dan penyakit menular yang dibawanya menyebar melintasi teritorialnya dapat dilihat dari binatang itu sendiri. Kita dalam persilangan hidup dan binatang, biologi dan zoologi, kehidupan dan kematian, tubuh dan teknologi.

Karena itu, kemungkinan sebagian orang membicarakan satu hal atau lebih mengenai binatang yang melampaui rasa sakitnya, perburuan, penjinakan, dan dari sana kita akan melihat binatang kecil atau ukuran biasa dieksploitasi. 

Seperti anjing yang bertugas untuk melacak orang-orang jahat atau penjaga rumah dan tempat lain. Kuda dijinakkan untuk alat transportasi tradisional sebagai kendaraan balapan di arena pacuan kuda, padahal semuanya juga tanpa berpikir mengikuti dirinya sendiri untuk berada dalam kehidupan binatang.

Terus, ada pertanyaan yang tidak akan dituntaskan akibat binatang menjelma secara tiba-tiba dalam diri manusia atau sama sekali jauh sebelumnya berbeda. 

Kita membicarakan logos atau nalar dinisbahkan pada manusia, tetapi ada saatnya dia melenyapkan nalarnya sendiri.

Lantas, tidak ada cara lain dari maksud pertanyaan yang ditujukan padaku, bahwa lucu jika dikatakan batas antara manusia hanya sebatas huruf besar M dan Binatang dengan huruf besar A. Keduanya tidak memiliki satu keterkaitan dengan yang lain. 

Jika bukan 'sintesis diametris' melebihi M sama dengan A atau M tidak sama dengan A. Ia bukan hanya melebihi mekanisme, tetapi juga melebihi dialektika. Manusia adalah spesies hidup, begitu pula binatang. Dari masing-masing keduanya memiliki biografinya sendiri. "Aku, Manusia juga bisa berarti menjadi Binatang Rasional, dihilangkan kata Rasional berarti memungkinkan berada pada 'non Manusia' atau 'akhir dari Manusia." "Aku-kita-bersama dalam Manusia-binatang." "Aku juga tidak pernah mempercayai tentang kesinambungan homogenis antara apa yang disebut manusia itu sendiri dan apa yang ia disebut binatang."

 Menyangkut 'Aku' tidak begitu saja menurutkan dari apa-apa disepakati dalam cara yang berbeda dengan penggalan kalimat yang disebut "Aku adalah," "Binatang adalah" yang digiring dalam konsep manusia tentang binatang. 

Mengapa tidak dibalik saja menjadi konsep binatang tentang manusia? Cogito Cartesian merupakan sudut pandang filsafat khas nampaknya mulai melupakan dirinya untuk mempertanyakan sedikit lebih santai dari sebelumnya. Kita dapat membandingkan denotasi dan tiruan akan berlangsung antara 'Aku menulis' dan 'kucing lapar', 'Anda mengetik di depan komputer' dan 'tikus sang suhu berbicara dengan muridnya dalam sinema' yang bukan binatang sungguhan. Mengapa 'manusia baru'? 

Peristiwa pandemi ditandai oleh kepanikan, dimana seribu tahun akan terkubur dalam ingatan karena terlalu bermain kata-kata atau angka-angka tentang kehidupan dan kematian. Bermain bebas dengan tanda untuk mengingat peristiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun