tokoh (seseorang dari salah satu partai politik) karena kepribadiannya."
Masih teringat, seorang kawan pernah bertandang di ruangan kerja kami di suatu hari, yang tidak terduga kemunculan pernyataannya. Dia berseloroh: "Saya pilihEntahlah, jenis kepribadian apa yang kawan itu maksud. Saya tidak sempat menelusurinya.Â
Mungkin itu dulu, bagaimana dengan saat ini, begitu gumamku. Lebih memilih tokoh ataukah partai politik? Mengutamakan tokoh, partai politik, tunggu dulu!
Jika tujuan pilihan pada tokoh untuk "mengatrol" suara dukungan pada partai politik dalam kemiripan karakter, maka perlu cerita yang utuh.Â
Tokoh yang "dimiripkan" dengan aktor utama film bukanlah semacam pion-pion dalam cerita di dunia rekaan.
Meskipun tokoh kita perlukan seperti menyandang best actor, tidak lantas tokoh yang masyarakat pilih untuk memenuhi target ambisius dari partai politik atau cerita sebuah film terbaru.
Tokoh yang dipilih menjadi 'penggerak' ide dan mimpi serupa dengan masyarakat. Tokoh bersama masyarakat mewujudkan ide dan mimpi.Â
Serupa dengan aktor film, yang sukses jika dia mampu menghayati setiap alur cerita dan mengalirkan citra sinema sebagai gambaran hidup berupa gejolak dan inspirasi bagi penonton atau masyarakat pemilih.
Sementara, peta politik dan prediksi yang tidak terduga merupakan proses perkenalan tokoh di hadapan publik.Â
Tokoh yang jadi dambaan tidak mesti layak menjadi tokoh-tokoh figuran atau sampingan dalam cerita film yang menarik perhatian penonton.
Betapa pun mahal bayaran dan tenarnya aktor film, sosok tokoh bukanlah mengobral janji-janji, membangun visi, dan mengusung isu-isu, yang mereka tempatkan dalam rancangan lokasi, seprai yang bertuliskan nama daerah pemilihan, stiker bergambar, dan bertuliskan tokoh.