Mohon tunggu...
Erlisa Lestari
Erlisa Lestari Mohon Tunggu... -

yakusa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan Orang Tua dalam Perkembangan Anak

6 Juni 2018   15:41 Diperbarui: 6 Juni 2018   15:59 14139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan Anak Usia Dini sangat penting dipelajari oleh setiap orang tua agar kelak pertumbuhan anak-anak mereka bisa maksimal baik secara fisik maupun secara psikologi. Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan anak masa sebelumnya (masa bayi).  

Merupakan masa yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. 

Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya serta diajarkan tentang ilmu agama. 

Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan prilaku baru. Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasai kemampuan sebagai berikut.

  1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan fisik seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, atau mengendarai sepeda.
  2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga serta berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya.
  3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian sosial
  4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
  5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sehinga menjadi anak yang berkualitas anak yang sholeh. Ditanamkan tentang pembelajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
  7. Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain. Menjadi anak yang mandiri dan disiplin.
  8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Baik lembaga pendidikan sekolah formal maupun non formal, bisa menjadikan transformasi bagi anak yang sedang masa perkembangan, sehingga tidak terjadi akuntabilitas pendidikan.

Di dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya. 

Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir. Apalagi di zaman now perkembangan anak sangat riskan karena perkembangan secara global menuju pada penyimpangan-penyimpangan yang mana menuju arah yang negatif. 

Sering di sebut kids zaman now, maka dari itu sebagai orang tua yang bijak dan figur harus benar-benar memperhatikan perkembangan anak dari sedini mungkin, jangan sampai anak kita terjerumus pada pergaulan bebas. Disamping itu juga teknologi yang semakin canggih namun zaman now banyak yang disalahgunakan. Perlu kerja keras, kerja cerda dan kerja ikhlas untuk mensholehkan anak-anak.

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak. Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulai saling berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf menjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara "saya", "kamu" dan "kita".  

Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya.  Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan.

Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti "di bawah", "di dalam", "di atas" dan "di samping". Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara menangis.

Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang. 

Pentingnya peran orang tua bagi perkembangan sikap dan mental anak. Anak merupakan anugerah bagi orang tua. Oleh karena itu, orang tua memiliki tanggung jawab dalam membesarkan dan mendidik anak untuk menjadi pribadi yang baik. Terlebih, meninjau perkembangan anak dan remaja saat ini, banyak sekali anak dan remaja yang melakukan kenakalan, penyalahgunaan narkoba, serta pergaulan bebas. Kenakalan remaja tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pendampingan terhadap tumbuh kembang remaja oleh orang tua.

Orang tua sebagai pengontrol, Masa remaja siswa sekolah menengah merupakan masa yang riskan karena merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini anak-anak akan mengalami fase pencarian jati diri.

Pada fase pencarian jati diri, anak akan dihadapkan pada berbagai pilihan dan pengaruh, salah satunya pengaruh dari teman sebayanya. Pengaruh teman pada usia remaja sangatlah besar, jadi orang tua harus mengawasi pergaulan anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.  Pentingnya peran orang tua pada masa pencarian jati diri anak yaitu dapat memberikan arahan kepada anak mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan. Selain itu, orang tua juga dapat mengarahkan anak untuk melakukan hal-hal yang positif seperti melakukan hobinya.

Masa remaja juga merupakan masa ketika energi anak sedang tinggi-tingginya dan energi ini harus disalurkan ke dalam kegiatan yang positif. Jika tidak, remaja dapat terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Peran orang tua di sini yaitu memfasilitasi anak untuk mengembangkan hobinya serta menyarankan anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi waktu luangnya.

Peran orang tua terhadap mental dan sikap anak juga harus dibangun dari diri orang tua sendiri karena orang tua merupakan contoh atau role model bagi anak. Anak akan meniru sikap orang tua dalam mengatasi masalah atau dalam bertindak. Jika Anda tidak ingin memiliki anak yang pemarah, maka janganlah suka membentak-bentak dan memarahi anak. Tunjukkan sikap dan mental terbaik Anda di depan anak, agar anak Anda dapat menangkap bahwa Anda merupakan figur pribadi yang patut dicontoh, orang tua madrasah pertama bagi anak.

 Perkembangan zaman saat ini memang didominasi oleh hal-hal yang berbau teknologi. Perkembangan zaman ini ternyata membuat banyak keluarga kehilangan komunikasi efektif. Masing-masing anggota keluarga sibuk dengan media sosial yang dimilikinya. Hal inilah yang patut diwaspadai oleh orang tua. (orang tua harus menjalin komunikasi yang baik dengan anak).

Remaja merupakan masa yang mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar termasuk lingkungan di dunia maya. Oleh karena itu, orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengontrol penggunaan media sosial si anak agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan. Di samping melakukan kontrol kepada anak, orang tua juga harus berusaha menjalin komunikasi yang efektif dengan anak. 

Anda bisa mengajaknya berbincang hangat di saat makan di meja makan atau di waktu senggang di sore hari atau menjelang tidur. Bersikap seperti sahabat bagi anak yang menginjak remaja akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak akan lebih terbuka kepada Anda mengenai masalah yang dihadapinya sehingga Anda dapat memberikan saran terbaik untuknya. Demikian peran orang tua di dalam membentuk mental dan sikap remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun