Di suatu pagi yang indah di Korea Selatan jalanan dipenuhi oleh salju putih yang terus berjatuhan seperti hujan, karena di negaraku tidak ada musim salju aku bersyukur bisa melihat salju turun secara langsung disini.Â
Dan entah kenapa aku masih saja memikirkan Rania apakah aku harus pulang? Menanyakan langsung pada Rania, kenapa ia menjauhiku. Tidak mungkin, aku harus menunggu hingga liburan akhir semester.
Tiba-tiba saja hp ku berdering ‘’hallo! Rei kamu kenapa ngadu sama ibu aku menjauhimu? Kamu mau adu domba aku sama ibu? Kamu tidak cukup bahagia ya kuliah diluar negeri? Dan sekarang mau ngambil ibu dariku karena aku lebih dekat sama ibu, setiap minggu bisa pulang ketemu ibu? Kamu iri sama aku?’’ dengan nada emosi Rania mengatakan itu. Ya itulah yang pertama Rania ucapkan kepadaku.
Aku senang ketika aku tahu bahwa Rania menelponku namun seketika hatiku hancur mendengar Rania mengucapkan hal-hal seperti itu yang tak masuk akal. ‘’Untuk apa aku merebut ibu darinya? Ibu kan yang melahirkan aku dan dia mana mungkin juga ibu memilih salah satu diantara kita’’ gumamku.
Dibawah pohon yang rindang aku duduk disebuah bangku panjang, aku sudah tak tahan lagi membendung air mataku ini. Tak kusadari pipi ku basah penuh dengan air mata. kagetnya aku ketika seorang laki-laki tinggi bermata coklat tepat berada didepanku.
‘’haii, bolehkah aku duduk disampingmu?’’ aku langsung mengusap air mataku dengan kedua tanganku. Dia adalah teman dekatku Dae-Hyun Emir, blasteran Indonesia dan Korea.Â
Dia menghabiskan masa kecilnya di Indonesia bersama orang tuanya namun ketika dia beranjak masuk SD dia dan keluarganya pindah ke Korea, karena ibunya asli orang Korea. Aku biasa memanggilnya Hyun atau Emir. Pastinya dia sangat pandai berbahasa Indonesia dan korea.
‘’kwenchana?’’ Tanya dia kepadaku ‘’yah a..aku baik-baik saja’’ dengan nada grogi aku menjawab ‘’apakah dia melihatku menangis?’’ gumamku.
Dia menyodorkan segelas coffie late hangat yang dibelinya ‘’ini untukmu, pasti kamu kedinginan, apa yang kau lakukan disini?’’. ‘‘gomawo, aku ingin melihat salju pertama turun secara langsung, ini tempat yang bagus menurutku’’ ucapku.
‘’Kamu tadi menangis?, apa ada masalah? Jika ada masalah ceritalah kepadaku, aku akan mendengarkanmu’’ ujar Hyun kepadaku. Akupun akhirnya menceritakan semuanya pada Hyun dia menyarankanku untuk mencoba menghubingi Rania lagi dan berbicara baik-baik untuk menyelesaikan masalah.
‘’baik Hyun, terimakasih telah mendengarkanku dan memberi saran yang baik, dahh’’ akupun mulai melangkah pergi dari tempat Hyun duduk. Dia sangat baik dan perhatian kepadaku aku senang memiliki teman seperti dia.