Erupsi Gunung Lewotobi yang terjadi baru-baru ini membawa dampak signifikan, salah satunya adalah sebaran abu vulkanik yang meluas ke berbagai wilayah di sekitarnya. Meskipun terlihat seperti debu biasa, abu vulkanik mengandung partikel halus yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Secara medis, paparan abu vulkanik bisa menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, kulit, hingga memperburuk kondisi penderita asma atau penyakit paru-paru kronis. Bahkan, partikel mikroskopis dalam abu bisa masuk ke saluran pernapasan bawah dan memicu infeksi atau inflamasi.
Sayangnya, masyarakat sering kali menganggap abu vulkanik sebagai gangguan ringan. Padahal, dampaknya bisa jangka panjang jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, penanganan harus bersifat preventif dan responsif. Pemerintah dan pihak terkait perlu membagikan masker gratis, menyediakan tempat pengungsian yang aman, serta menyosialisasikan bahaya abu vulkanik dan cara perlindungannya.
Selain itu, peran media sangat penting dalam menyebarkan informasi akurat. Masyarakat pun diharapkan lebih sadar akan pentingnya menggunakan pelindung diri, seperti masker dan kacamata, serta tidak melakukan aktivitas luar ruang jika tidak mendesak.
Abu vulkanik memang tak bisa dicegah, tetapi dampaknya terhadap kesehatan bisa diminimalisir dengan kesiapan, edukasi, dan kolaborasi semua pihak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI