Mohon tunggu...
Erika Prihastanti
Erika Prihastanti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

my hobby my medicine : painting and listen to music

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Efektifitas Psikoedukasi dalam Pengolahan Emosional Anak Sekolah Dasar

14 Januari 2024   12:35 Diperbarui: 14 Januari 2024   13:42 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc. MIM Gonilan Kartasura

Pada dasarnya setiap anak memiliki karakteristik dan  kemampuan berfikir yang berbeda, seperti bagaimana cara belajar menangkap informasi, mengolah informasi, dan menanamkan sesuatu. Anak usia sekolah dasar biasanya ditandai dorongan kepercayaan yang besar akan sesuatu, terutama dalam mempercayai apa yang dilihat dan didengar anak tersebut. Apabila yang dipercayai adalah hal yang positif maka hal tersebut baik untuk anak, namun jika yang dipercayai anak adalah sesuatu yang sifatnya negatif maka hal tersebut akan berdampak pada perilaku anak. Dalam hal ini anak dapat memiliki sifat yang bisa saja dapat melukai disi sendiri maupun orang lain dalam bentuk fisik maupun psikis. Oleh karena itu perlu akan adanya tindak penyuluhan terhadap anak, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan psikoedukasi anak.

            Psikoedukasi anak adalah metode edukatif yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman anak dalam usaha mencegah munculnya gangguan psikologis karena dorongan luar maupun dalam diri anak itu sendiri. Tujuan psikoedukasi anak yaitu untuk memberikan informasi dan pelatihan yang berguna dalam mengubah pemahaman mental/psikis individu. Psikoedukasi anak dapat diterapkan di lembaga sekolah yang bekerjasama dengan orang tua siswa dalam menangani dan mengawasi perilaku anak.

Pentingnya / Manfaat Psikoedukasi Anak

Masa perkembangan anak-anak merupakan tahap belajar dimana mereka masih belum menemukan jati diri dan memiliki kecendurungan untuk meniru perilaku orang lain. Hal yang biasa mereka lakukan adalah belajar, bermain dan menghabiskan waktu bersama teman-teman. Terkadang Ketika mereka sedang sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak adanya pengawasan orang tua, mereka bisa saja lupa membedakan mana kegiatan yang bermanfaat dan mana yang tidak. Hal ini akan menjadikan mereka memiliki kebiasaan perilaku yang tidak bisa dikendalikan orang lain. Contohnya seperti membiarkan anak bermain gadget sepuasnya tanpa adanya pengendalian dari orang tua. Jika apa yang dilihat anak dalam gadget adalah hal positif seperti digunakan untuk belajar, tentunya hal itu akan berdampak baik untuk menambah pengetahuan anak. Namun jika gadget hanya digunakan untuk bermain game saja tanpa batas waktu ditentukan orang tua atau bahkan anak bisa main game seharian, hal ini akan berdampak negatif bagi perkembangan anak terutama psikisnya. Anak cenderung akan mengalami tekanan emosional dalam diri sendiri dan tekanan orang lain untuk melepas keinginan besar anak bermain game sehingga dapat mengakibatkan anak dapat memiliki sifat temperamental emosi yang tinggi. Lingkungan eksternal perlu memfasilitasi dan mengarahkan mereka agar dapat memikirkan hal kedepannya. Untuk itu adanya program psikoedukasi anak sangat penting untuk dilakukan, terutama di sekolah dasar. Adapun manfaat dari penerapan psikoedukasi anak yaitu:

Anak dapat memahami diri sendiri

Anak dapat mengenali diri sendiri karena mereka akan mengetahui siapa diri mereka, bagaimana keinginan mereka, apa ketakutannya, mengetahui bakat dan minat, tujuan hidup, dan harapan kedepanya.

Anak dapat menjadi lebih sabar

Dengan psikoedukasi akan mengajarkan anak bagaimana mengolah emosi supaya menjadi lebih terkontrol dan sabar dalam menghadapi tekanan dan tuntutan dalam diri maupun orang lain.

Anak dapat mengintropeksi diri

Anak dapat mengevaluasi atas apa yang telah dilakukannya dan menjadikan hal tersebut menjadi acuan agar lebih baik kedepannya.

Anak menjadi disiplin waktu

Anak akan belajar bagaimana cara membagi waktu yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Anak akan berkepribadian baik dalam status sosial

Anak akan mendapatkan wawasan pengetahuan keterampilan sosial untuk dapat diaplikasikan dalam menjalin relasi sosial dan memiliki keterampilan sosial dengan teman sebaya sehingga kerja sama antar siswa dapat terwujud.

Anak akan mudah dibimbing dan diatur

Jika anak sudah terbentuk kebribadian yang baik maka akan lebih mudah dalam memimbing dan mengatur kegiatan yang berpotensi untuk menumbuhkan pengetahuan dan kemampuan anak.

Anak akan memiliki sikap empati yang tinggi

Dalam psikoedukasi mengajarkan anak untuk dapat mengerti bagaimana perasaan diri sendiri dan jika anak sudah mampsu memiliki perasaan tersebut maka anak akan mampu memiliki empati dengan orang lain

Indikator Emosional Pada Anak 

Perkembangan emosional pada anak adalah tahapan perkembangan anak mulai memahami siapa dirinya, apa yang ingin dilakukan dan dirasakan, serta apa yang diharapkan saat berinteraksi dengan lingkungan sosial ataupun orang sekitarnya. Proses perkembangan emosional anak terjadi semenjak awal kehidupan. Sejak lahir, anak belajar mengenali dirinya sendiri sampai ketika berhubungan dengan orang lain. Dalam perjalanan proses belajar ini, anak akan belajar bagaimana membentuk dan mempertahankan hubungan yang baik, anak akan mampu mengalami, mengelola, dan mengekspresikan emosi sesuai dengan apa yang ia pelajari. Setiap anak memiliki tingkat emosional yang berbeda-beda. Emosional tersebut dapat bersumber dari pengalaman pribadi, faktor genetik, interaksi dengan lingkungan sosial, peristiwa tertentu, dan kesehatan mental. Berikut ini merupakan bentuk indikator dari emosional pada anak, antara lain:

Sukacita

Sukacita adalah perasaan gembira, puas dan bahagia akan sesuatu. Perasaan ini muncul ketika anak merasakan kesenangan karena berhasil mencapai tujuan yang diinginkan

Marah

Perasaan marah melibatkan amarah, atau kebencian akan sesuatu yang tidak diinginkan. Rasa ini timbul sebagai respons terhadap ketidakadilan, frustrasi, atau serangan terhadap nilai-nilai dari seseorang.

Sedih

Perasaan sedih biasanya muncul ketika anak mengalami kehilangan, kekecewaan, atau rasa putus asa.

Takut

Perasaan takut muncul pada saat anak merasa terancam atau khawatir akan bahaya atau potensi yang dapat merugikan diri sendiri. Hal ini bisa memicu rasa gelisah dan cemas.

Suka

Rasa suka melibatkan perasaan kasih saying yang dalam terhadap orang lain.

Jijik

Perasaan ini muncul saat anak merasa terganggu, tidak nyaman, atau muak terhadap suatu objek atau situasi. Misalnya, rasa mual terhadap bau yang tidak sedap atau rasa jijik terhadap makanan yang tidak disukai.

Kebingungan

Perasaan ini ditandai ketika anak merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan atau sedang merasa disituasi yang sangat sulit.

Mengagumi

Perasaan mengagumi melibatkan rasa kagum atau terpesona terhadap sesuatu yang mengesankan atau dianggap indah. Ini bisa timbul ketika seseorang melihat keindahan alam, prestasi seseorang, atau keterampilan yang mengagumkan.

Penerapan Psikoedukasi dalam Mengolah Emosi Anak Sekolah Dasar

Kemampuan mengolah emosi diri merupakan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas tanpa adanya paksaan. Proses ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri, empati, kemampuan anak untuk bersosialisasi, serta dapat mempererat hubungan yang baik dengan orang sekitarnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membina emosi yang sehat pada anak yaitu mengembangkan kemampuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memotivasi diri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Penerapan psikoedukasi dalam mengolah emosi anak dapat dilakukan oleh pihak sekolah dan orang tua. Berikut ini merupakan strategi yang dapat dilakukan:

Memfasilitasi adanya bimbingan konseling

Dengan adanya bimbingan konseling di sekolah dasar dapat membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan pola pikir dan emosi moral yang optimal. Layanan ini dapat berupa memberikan nasihat, dorongan, informasi, bimbingan mental, dan bagaimana menginterpretasikan tingkah laku yang baik.

Mengajarkan siswa berkepribadian baik

Dalam hal ini guru dapat berperan utama dalam membimbing anak untuk memiliki kepribadian yang baik. Langkah pertama yang harus dilakukan guru yaitu guru bertindak sebagai modeling, dengan memberikan contoh secara langsung bagaimana sikap atau tingkah laku yang baik. Disamping itu guru dapat menerapkan rewarding skill atau mengubah perilaku dengan hadiah, tujuanya supaya anak dapat memiliki perasaan senang atas tindakan baik yang dilakukan sehingga akan memunculkan keinginan untuk dilakukan secara berulang. Selain itu guru juga dapat menerapkan extinguishing skill yaitu ketrampilan untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan dengan cara mengganti tingkah laku, misalnya seperti kebiasaan mensetujui anak yang selalu ingin tampil yang pertama dan jika hal ini tidak dilaksanakan anak akan emosi, tingkah laku ini dapat diganti dengan guru mengadakan permainan untuk mengatur anak yang akan tampil.

Mengadakan evaluasi diri rutin setiap satu minggu sekali

Evaluasi diri dapat membantu anak untuk lebih memahami diri sendiri, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan tujuan hidup kedepannya. Selanjutnya anak akan dapat membuat perencanaan yang lebih baik untuk masa depan. Adanya evaluasi diri rutin setiap satu minggu sekali mampu mengkondisikan anak terkait perkembangan perilakunya dan anak akan dapat menyuarakan perasaan yang mungkin tidak bisa disampaikan ke orang lain.

Memfasilitasi program kesehatan mental anak

Pihak sekolah dapat membuat program untuk membantu kesehatan mental anak seperti mengadakan “Hari motivasi” tujuanya untuk memberikan dukungan dan menerima keluhan yang sedang dihadapi anak. Sekolah juga dapat memfasilitasi anak untuk menyalurkan hobi mereka dengan program ekstrakurikuler, tujuanya suapaya anak dapat mengekspresikan kesukaanya terhadap sesuatu yang dia minati.

Kerjasama guru dengan orang tua

Selain melalui program yang ada di sekolah, guru juga perlu bekerjasama dengan orang tua siswa. Hal ini supaya guru juga dapat memantau bagaimana aktivitas dan perkembangan siswa ketika di rumah, serta orang tuanya juga dapat mengetahui perilaku anaknya ketika disekolah.

Simpulan

Psikoedukasi merupakan salah satu langkah yang dapat digunakan dalam proses pengolahan emosi pada anak. Dengan psikoedukasi akan memberikan informasi dan pelatihan yang berguna dalam mengubah pemahaman mental/psikis individu. Adapun program psikoedukasi yang dapat diberikan untuuk mengolah emosi pada anak antara lain, seperti bimbingan konseling, behavior change process, pengadaan program evaluasi diri, dengan program penyaluran hobi dan melalui kerjasama antara guru dengan orang tua.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun