Materi pemain Bali United cukup baik. Managemen tim tertata rapi. Mereka memaintenance supporter dengan baik, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dewasa. Â Beberapa pemain melakukan visitasi ke sekolah-sekolah, melakukan dialog dengan supporter di beberapa tempat untuk mengikat batin. Mereka punya anthemyang dinyanyikan di selebrasi dan beberapa kesempatan. Juga memiliki sosial media dan channel digital sampai aplikasi. Bahkan mereka punya air minum kemasan dengan merek sama dengan nama tim, yang disiapkan oleh sponsor. Sebagai klub profesional, ini semua penting. Â
Pelatih klub ini adalah Widodo Cahyono Putro, pemain legendaris yang dulu lama memperkuat Petrokimia Gresik. Seorang pemain cemerlang. Di masanya ada nama Rocky Putiray, Aji Santoso, dan Joko Susilo (ih betapa tuanya saya ya !) Ketika memperkuat Petro, Widodo pernah membawa klubnya jadi "juara tanpa mahkota" saat melawan Persib Bandung di era 95-an. Dan kini, dia berada di situasi yang nyaris sama; Bali United hanya di peringkat kedua ; juara tanpa mahkota.
Dengan besar hati, dia mengungkapkan penghargaan pada Bhayangkara FC yang jadi juara musim ini. Dia menyatakan tetap bangga dengan tim yang dilatihnya, seperti ribuan suporter yang juga bangga terhadap Serdadu Tridatu. "Bagi kami, permainan terbaik adalah permainan yang bisa memenangkan pertandingan dengan hati," kata Widodo.
Kemenangan 3-0 atas Persegres  tak akan ubah apapun. Melihat antusiasme sekitar 25 ribu supporter berpakaian hitam-hitam --sebagai tanda protes damai soal keputusan PSSI- memadati Stadion Kapten Wayan Dipta di Gianyar Minggu malam, seakan menyadarkan kita, siapa pemenang musim ini sebenar-benarnya; yang bertahta di hati jutaan pencinta sepak bola di Bali ; sang juara di hati.
"mba, si A marah dengan muka merah kalau Bali United kalah?"
"Masihlah, "
"Aduh,"
Pasti dia ngomel-ngomel soal PSSI deh.
Jakarta, Minggu malam, 21.00 WIB Â #TerkenangSepakbolaBali
Â