Mohon tunggu...
Erika DewiAnggraeni
Erika DewiAnggraeni Mohon Tunggu... Penulis - Teknologi lingkungan 2019, politeknik Indonesia

Jika mulut tak mampu untuk membahasakan maka tangan yang akan menuliskan nya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sakit, Sedih, dan Kecewa

13 November 2020   19:55 Diperbarui: 13 November 2020   19:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Ya Tuhan..  Di umur 19 tahun ini mengapa engkau memberimu cobaan yang begitu berat,  cobaan yang tak sanggup untuk ku pikul, kenapa Tuhan..?, kesalahan apa yang ku perbuat sampai aku harus menanggung cobaan ini?"


Kalimat itu sempat ku ucapkan dalam doaku, aku merasa kalau hidupku ini hanya membuat orang -  orang yang aku sayangi menjadi sedih dan kecewa atas apa yang aku perbuat diluar sana.  Sebulan rasanya hampir setahun, hampir sepenuhnya hari -  hari ini kusempatkan untuk menemui mereka, bercanda tawa dengan mereka,  dan Bersusah senang bersama mereka. " 

Tetapi kenapa yah hal  ini harus terjadi diantara aku dan mereka?".  Jika waktu itu aku tau kalau dampaknya akan sebesar ini mungkin aku lebih memilih meninggalkan mereka dan menyibukkan diri dengan aktivitas yang lain. Aku yang awalnya berniat untuk membawa mereka keluar dari lubang hitam yang satu ternyata aku dibawa masuk kedalaman lubang hitam yang lainnya.

Sedih?, pastinya karena mereka yang aku anggap layaknya saudara memberiku balasan dengan penghianatan. Hanya air mata yang selalu menetes ketika mengingat problem. saat ini. Bukan hanya air mataku bahkan rasa sedih dan kecewa yang sangat dalam juga dirasakan di dalam keluarga kecilku. 

Kedua orang tuaku yang selama ini menganggap sebagai kebanggaan mereka, seorang kakak yang selalu menjadi tempat bertukar cerita dan saling menasihati, dan seorang adik yang mengharapkan sesuatu yang indah dari hasil keringat jika aku sukses nanti,  kini semuanya hancur tanpa tersisa karena mengetahui kalau aku menghianati kepercayaan mereka semua.  

Sakit?, iya sangat sakit. Raga ini memang merasakan sakit tapi tidak sesaat yang jiwa ini rasakan. Di depan orang raga ini terlihat biasa saja,  seakan kuat seperti biasanya, tapi nyatanya isi raga ini yaitu jiwa sudah menderita kesakitan, merasakan putus asa, dan pasrah yang mendalam. 

Jika waktu ini bisa diputar kembali mungkin aku lebih memilih meninggalkan mereka yang perlahan membuatku jauh dari sang pencipta. Mereka memang selalu memberiku hal hal yang manis disetiap hari -- hari ku bersama Mereka, tetapi dibalik itu ternyata ada maksud dan niatan lain yang mereka inginkan dari pertemanan ini. Aku baru sadar kalau pertemanan kami hanya menimbulkan banyak korban dari orang -  orang yang kita sayangi.

Bayangan -  bayangan yang selalu hadir dalam ingatan selalu membuat air mata ku menetes tanpa permisi. Setelah aku melewati beberapa bulan setelah terungkap problem yang aku hadapi, semua komunikasi aku terputus antara aku dan mereka. Aku kehilangan orang -  orang terdekat,  kehilangan pekerjaan, kehilangan canda tawa dilingkungan sekitar dan kehilangan karir. Saat itu aku betul -  betul hancur selanjutnya hancurnya, nangis senangis nangisnya,  dan menyesal sedalam dalam nya sebuah penyesalan. 

Aku sempat berpikir untuk melakukan hal yang bisa menyelesaikan problem  ini tetapi melalui jalan yang ''  kotor '' agar problem ini cepat selesainya. Aku sempat mengurung diri didalam kamar selama beberapa hari sampai saat itu salah satu teman sewaktu SMA nge-DM aku dan berkata " KALAU KAMU PUNYA MASALAH, PERBANYAK MENDEKATKAN DIRI KEPADA TUHAN, PERBAIKI HUBUNGANMU KEPADANYA". 

Di saat itu aku merasa kalau aku diberi tamparan keras kalo setiap problem pasti ada jalan keluarnya,pasti ada solusinya. Makanya mulai dari situ aku lebih memilih memperbanyak mendekatkan diri kepada Tuhan, aku tuangkan semua rasa yang mengganjal di dalam hatiku selama ini, dan memperbanyak menyibukkan diri dengan hal- hal yang lebih positif. 

Akhirnya dari detik itu sampai detik ini aku meyakinkan diriku sendiri kalau aku bisa melewati ini semua dan aku kuat karena aku masih punya keluarga dan orang -  orang yang sayang dan  selalu memberikan support positif ke aku. Aku belajar mengihklaskan apa yang menimpa aku dan keluargaku, memaafkan mereka, dan tetap mendoakan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun