Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Penulis, Kreator dan Pengajar

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Berbagai Genre, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel, Pemenang Sayembara Puisi Esai Tingkat Asean 2025 dan Kreator Video AI Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kamu Merasa Tidak Menjadi Siapa-siapa

13 Mei 2025   08:42 Diperbarui: 13 Mei 2025   12:09 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:bingimage.com Ai

Nilai Sejati Tak Selalu Tercermin dari Pencapaian, tetapi dari Kekuatan untuk Terus Bertahan Walau Rasanya Berantakan

Dalam riuhnya dunia yang memuja pencapaian, kita sering terjebak dalam pusaran perbandingan. Di usia yang sama, orang lain mungkin sudah meraih gelar prestisius, membangun karier gemilang, bahkan menjadi sosok yang dibanggakan. Sementara kita, mungkin masih merasa seperti "bukan siapa-siapa"---tak memiliki pencapaian, atau pengakuan yang gemilang. Lalu, muncul perasaan rendah diri, seolah-olah hidup tertinggal jauh di belakang garis start.

Namun, benarkah nilai manusia ditentukan oleh seberapa tinggi ia berada di puncak pencapaian? Jawabannya: tidak selalu.

Nilai sejati seseorang tidak terletak semata pada hasil akhirnya, tetapi justru pada kekuatannya bertahan. Pada keberaniannya tetap melangkah, walau langkah itu terasa begitu berat dan tertatih. Pada niatnya untuk terus mencoba, meski berkali-kali gagal.

Kita semua memiliki garis waktu yang berbeda. Ada yang berlari cepat karena jalannya mulus, ada yang harus merangkak karena jalannya terjal dan penuh batu. Kita tidak sedang berlomba, dan kita tidak berjalan di trek yang sama.

Setiap orang memiliki medan perjuangan masing-masing---dengan luka, tangis, dan pelajaran hidup yang tak sama. Dan ketika seseorang memilih untuk tetap berjalan, bahkan saat dunia terasa hancur berantakan, maka ia sudah menjadi pribadi yang luar biasa.

Kadang kita lupa bahwa bertahan hidup dengan tetap menjaga kebaikan hati, dalam dunia yang keras dan sering kali tidak adil, adalah pencapaian sesungguhnya yang memiliki nilai kebaikan tertinggi.

Seperti menjadi penulis yang menanamkan pesan-pesan kebaikan melalui tulisan. Mungkin tidak semua orang membaca. Mungkin tak ada nama besar yang melekat. Mungkin tak ada penghargaan yang diraih. Tapi jika satu tulisan mampu menyentuh hati seseorang, menyelamatkan satu jiwa dari keputusasaan, atau sekadar menguatkan seseorang yang nyaris menyerah, maka nilai dari tulisan itu telah melebihi apa pun yang bersifat materi.

Percayalah, setiap tindakan baik, sekecil apa pun, tidak akan pernah sia-sia. Mungkin tak tampak hari ini. Mungkin tak dipuji, bahkan tak disadari. Tapi kebaikan memiliki cara sendiri untuk kembali kepada pelakunya---dalam bentuk yang sering tak terduga, pada waktu yang paling dibutuhkan.

Maka, jika hari ini kamu merasa kecil, merasa belum menjadi siapa-siapa, ingatlah: kamu telah bertahan sejauh ini. Kamu terus mencoba, kamu tetap berbuat baik, bahkan saat dunia tak melihat. Itu bukanlah kelemahan, itu adalah kekuatan, dan nilai sejati dari kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun