Mohon tunggu...
eri fauzi rahman
eri fauzi rahman Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di SMKN 1 Sukanagara Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

New Normal Setelah Ramadan

22 Mei 2020   16:05 Diperbarui: 22 Mei 2020   16:03 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang yang bertakwa juga memiliki sikap mampu menahan rasa marah yang menggebu di dalam hati. Orang bertakwa memiliki kemampuan untuk tidak melampiaskan kemarahannya, tetapi lebih memilih untuk menahannya.

Ada yang menarik, dalam ayat ini menyebut "orang yang menahan amarah" dengan kalimat al-kdhimnal ghaidh. Kata al-kdhimn itu bentuk jamak dari kata al-kdhim yang berarti "yang menahan". Ternyata al-kdhim satu akar kata dengan kata al-kadhmah yang berarti "termos" (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab -- Indonesia, hal 1509).

Oleh karena itu orang bertakwa diibaratkan dengan "termos", sepanas apapun air yang ada di dalam termos orang yang ada di dekatnya tak merasakan panasnya air tersebut. Sepanas apapun amarah yang membara di dalam hatinya ia mesti mampu menahan diri hingga orang yang di dekatnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. Orang yang bertakwa baru akan menumpahkan kemarahannya bila dirasa akan membawa manfaat yang nyata, sebagaimana termos hanya akan mengeluarkan air panasnya untuk sesuatu yang jelas manfaatnya.

Ciri orang yang bertakwa yang ketiga yaitu, berperilaku mudah memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan yang dalam bahasa Arab disebut 'afwun dan orangnya disebut al-'f  ('af -- ya'f) semakna dengan kata mah -- yamh -- mahwn yang berarti menghapus (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, hal 1302).

Seorang yang bertakwa memberi maaf tidak sekadar mengucapkan kata maaf saja, namun juga disertai rasa keridhaan, keikhlasan, dan tidak mendendam. Ia menghapus kesalahan dari dalam hatinya. Tidak kembali mengungkit-ungkit kesalahan orang lain serta tidak menyebarluaskannya. Bukanlah pemaaf bila dalam hatinya masih tersimpan kebencian pada orang yang berbuat salah kepadanya.

Menjadi orang yang bertakwa dengan perilaku seperti inilah yang hendak kita tuju, yaitu gemar berinfak dikala senang atau susah, bisa mengendalikan amarah, memaafkan jika orang lain berbuat kesalahan. Jika demikian, kita menjadi manusia baru dengan kehidupan yang baru (new normal) yang tidak meninggalkan nilai-nilai kebaikan puasa bulan Ramadhan. Kesalehan pribadi kita peroleh, kesalehan sosial kita jalankan. Wallohu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun